Liputan6.com, Jakarta - Seorang ibu rumah tangga di India baru-baru ini jadi sorotan karena mengalami kondisi langka yang membuatnya mengeluarkan darah dari matanya. Darah tersebut keluar bersamaan dengan periode menstruasi yang dialaminya.
Kejadian ini berawal ketika perempuan asal Chandigarh itu mengalami pendarahan di mata. Lalu, ia langsung dilarikan ke UGD rumah sakit setempat. Menariknya, perempuan berusia 25 tahun ini tidak merasakan sakit atau tak nyaman pada tubuh.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari India.com, Selasa, 23 Maret 2022, ia menjalani serangkaian tes di rumah sakit untuk memastikan penyebab utama dari matanya yang berdarah, namun semua laporan normal. Tak ada luka pada mata, tak ada pula riwayat pendarahan pada mata dari keluarga.
Saat perempuan ini diperiksa lebih lanjut, dokter menemukan bahwa pendarahan pada mata itu terjadi saat pasien memasuki periode menstruasinya. Dokter menyadari dan mendiagnosis pasien tersebut dengan kemungkinan ocular vicarious menstruation (OVM).
Kondisi yang sangat langka, OVM didefinisikan sebagai "perdarahan siklis di organ luar rahim selama menstruasi," menurut Medizzy. Pendarahan juga dapat terjadi dari bibir, mata, paru-paru, perut, dan paling umum hidung
Setelah didiagnosis, kasusnya langsung dipublikasikan di dalam British Medical Journal. Di mana penulis studi menjelaskan bagaimana perubahan hormonal selama menstruasi memengaruhi permeabilitas vaskular di organ-organ tersebut yang mengakibatkan pendarahan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kata Para Peneliti
"OVM terjadi karena respons pembuluh darah terhadap hormon dengan atau tidak adanya jaringan endometrium di lokasi ekstrauterin, meskipun patofisiologi pastinya tidak terlalu jelas," tulis para peneliti.
"Hormon estrogen dan progesteron dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan hiperemia, kongesti, dan perdarahan sekunder dari jaringan ekstrauterin," demikian lanjut mereka.
Pasien tersebut akhirnya mendapatkan pengobatan kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron. Setelah tindak lanjut selama tiga bulan pengobatan, pasien dilaporkan tak lagi mengalami episode mata berdarah. (Melia Setiawati)
Advertisement