Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden (Wapres) RI Ma'ruf Amin menegaskan bahwa penanganan tuberkulosis (TB/TBC) tidak boleh berhenti meski pandemi COVID-19 belum selesai.
Dalam Puncak Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2021, Ma'ruf mengatakan bahwa akibat pandemi virus Corona membuat kemajuan dalam melawan TB terancam mengalami kemunduran.
Advertisement
"Sumber daya pada saat ini terkuras untuk mengatasi pandemi COVID-19, menyebabkan kapasitas dalam mengatasi TB menjadi jauh berkurang," kata Ma'ruf Amin pada Rabu (24/3/2021).
Salah satu yang terdampak adalah pengumpulan dan pelaporan data kasus TB. Ma'ruf mengatakan, menurut laporan World Health Organization (WHO), terdapat penurunan laporan kasus tuberkulosis di lebih dari 200 negara pada tahun lalu.
"Bahkan di India, Indonesia, dan Filipina, dilaporkan mengalami penurunan 25 persen sampai 30 persen antara Januari dan Juni 2020, dibanding periode yang sama tahun 2019," ujarnya.
Ma'ruf mengatakan, menurut WHO penurunan laporan data kasus TBC dapat meningkatkan kematian tambahan akibat penyakit tersebut secara dramatis.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Setiap Detik Berharga
Ma'ruf menambahkan, Hari Tuberkulosis Sedunia di Indonesia tahun ini bertema "Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis." Tema ini merujuk pada tema dunia yaitu "The Clock is Ticking."
"Ini menjadi sangat penting untuk mengingatkan kita bahwa penanggulangan TB tidak boleh surut sekalipun dalam situasi pandemi COVID-19," kata dia.
Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan mengatakan, estimasi penderita TB di Indonesia dalam setahun adalah 845 ribu orang dan 70 persen di antaranya adalah anak usia kurang dari 15 tahun.
"Kematian akibat TBC di Indonesia sebanyak 98 ribu orang per tahun. Sehingga perkiraannya setiap 360 detik atau 1 jam, terdapat 11 orang meninggal karena TBC," kata Maxi.
Arifin Panigoro, Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia mengatakan, semua pihak harus menyelaraskan upaya penanganan tuberkulosis dengan respon COVID-19 seperti yang diarahkan Presiden Joko Widodo pada Juli 2020 lalu.
"Mengingat karakteristik antara COVID-19 dan TBC, terutama bahwa keduanya amat membutuhkan intervensi yang tepat di tingkat masyarakat, kami berpandangan upaya intervensi TBC dan COVID-19 dapat efektif bila dipusatkan pada layanan kesehatan primer," kata Arifin.
Advertisement