Vaksin COVID-19 Terbatas, Menkes Budi Ditelepon Presiden, Menteri hingga Bupati

Menkes Budi mengaku dirinya ditelepon Presiden, para Menteri hingga Bupati gara-gara jumlah vaksin COVID-19 terbatas.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 25 Mar 2021, 16:25 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin soal keterbatasn vaksin COVID-19. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Depok Ketersediaan vaksin COVID-19 yang terbatas rupanya membuat Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mendapat telepon dari pejabat pemerintah mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), para Menteri Kabinet Indonesia Maju hingga pimpinan kabupaten/kota, yakni Wali Kota dan Bupati.

Hal tersebut juga terkait penerima vaksin COVID-19, siapa saja yang diprioritaskan dalam pelaksanaan vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi pun disesuasikan dengan ketersediaan vaksin COVID-19.

"Karena vaksin terbatas kan enggak semua dapat duluan. Saya ditelepon Presiden, Wakil Presiden, semua Menteri, Rektor universitas juga, ditelepon sama Bupati. Ya, pengen duluan divaksin," cerita Budi saat menghadiri Peresmian Sentra Vaksinasi di RS Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/3/2021).

"Jawaban saya simpel, 'vaksinasi enggak tergantung warna partai politiknya, enggak tergantung berapa besar dia bayar pajak. Ada yang protes saya, 'bayar pajak besar banyak kenapa enggak kasih duluan?' Bukan begitu caranya."

Penyuntikkan vaksin COVID-19 berbasis risiko, yakni kelompok masyarakat mana yang berisiko paling tinggi (terpapar COVID-19). Kelompok pertama yang berisiko tinggi adalah tenaga kesehatan dan medis. Kemudian orang lansia di atas 60 tahun, yang kini pelaksanaan vaksinasinya masih terus dilakukan.

"Tentunya, tenaga kesehatan ya mereka ketemu (berhadapan) virus Corona setiap hari dan melayani pasien COVID-19. Kedua, orang di atas 60 tahun yang berisiko tinggi terpapar," lanjut Budi Gunadi.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Penularan Virus Corona yang Cepat

Pasien berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala) bersama anaknya berjemur di RSDC Wisma Atlet, Jakarta, Selasa (26/1/2021). Data Satgas Covid-19 per Selasa (26/1) mencatat kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 13.094 sehingga total menyentuh satu juta, tepatnya 1.012.350. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menurut Budi Gunadi, COVID-19 sebenarnya tidak terlalu fatal bila dibandingkan dengan Ebola dan MERS, yang mana 30-40 persen orang terpapar meninggal dunia. Yang menjadi permasalahan, penularan virus Corona sangat cepat.

"Sebenarnya COVID-19 enggak terlalu fatal, enggak seganas dengan pandemi lain. Bisa saja 100 orang kena, semuanya sembuh. Tapi ini juga disesuaikan dengan usia dan kerentanan," katanya.

"Begitu usia 40 tahun, dari 100 orang kena, bisa saja 2-3 orang meninggal. Lalu ketika usia 60 tahun ke atas, dari 100 orang, bisa saja 40-50 orang meninggal. Dengan demikian, kita punya kewajiban melindungi dan membantu orangtua, kakek nenek yang lemah imunnya supaya tidak terpapar virus Corona."


Infografis Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Bepergian?

Infografis Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Bepergian? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya