Liputan6.com, Jakarta Para UMKM bejibaku mencari peluang pemasaran terbaik, demi bertahan di masa pandemi Covid-19. Untuk mendukung upaya UMKM itu, Program Lapak Ganjar pun berjalan sukses dan menjadi oase di masa pandemi.
Tak heran, sejumlah pelaku UMKM di Jawa Tengah yang ikut serta dalam program Lapak Ganjar, kini lebih bersinar di tengah pandemi. Situasi sulit tak menyurutkan semangat mereka untuk terus berproduksi dan memasarkannya.
Advertisement
Salah satunya adalah Haries Saprilla. Keikutsertaanya di #LapakGanjar membuat musisi asal Bayanan, Mertoyudan, Magelang ini bisa tersenyum lebih lebar lagi. Ya, Haries mengaku bahwa produk jamu buatannya Jamu Migunani (@jamu_migunani, pernah direpost di #LapakGanjar.
Alhasil, produknya saat ini semakin dikenal masyarakat tidak hanya di dalam kota, tapi juga luar daerah hingga provinsi lain.
"Saat itu di Instagram Pak Ganjar edisi 8 produk herbal, saya coba masuk ke situ biar di-repost pak Ganjar. Akhirnya, di-repost juga sama IG (Instagram) nya pak Ganjar. Alhamdulillah setelah di-repost pak Ganjar, memang otomatis banyak yang lihat, banyak yang penasaran dengan jamu saya, banyak yang order," kata Haries ditemui baru-baru ini di kediaman sekaligus tempat produksi jamunya.
Sampai saat ini imbas lain yang juga dirasakan dari keikutsertaan di Lapak Ganjar, lanjut dia, adalah bertambahnya pelanggan jamunya. Yang mana sebelum ikut Lapak Ganjar, pelanggannya sebatas Magelang. Namun pasca ikut Lapak Ganjar, pelanggannya bertambah hingga luar daerah.
"Dari Semarang, Purwokerto ada yang order, dari Pekalongan juga ada yang order, dari Jakarta juga ada yang order," bebernya yang mengaku terus mencari inovasi cara kirim jamu yang aman ke luar daerah.
Bayu Dwi Hartono, pemilik usaha @bayufist_art.co yang bergerak di sektor kerajinan logam Desa Tegalrejo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali mengatakan, keikutsertaan usahanya di Lapak Ganjar membuat usahanya kian dikenal.
"Lebih dikenal di Jawa Tengah, tadinya kan pasarnya di luar Jawa. Sekarang di Jawa Tengah sudah banyak dikenal di Jawa Tengah," kata Bayu di tempat produksi kerajinannya.
"Alhamdulilah ada kenaikan orderan setelah di-repost Lapak Ganjar. Selama pandemi, orderan menurun. Harga plat (bahan baku logam) naik dan orderan turun. Setelah ada Lapak Ganjar ada kenaikan sedikit demi sedikit," ungkap lajang ini.
Diapun berterima kasih kepada Gubernur Jateng atas program Lapak Ganjar. “Terima kasih untuk pak Ganjar karena dengan Lapak Ganjar nama Bayufis Art bisa dikenal masyarakat Jawa Tengah,” ucapnya.
Adapun produksinya adalah logam dengan bentuk ukiran, hiasan dinding, lampu nabawi, bak mandi, wastafel dan segala handmade. Dengan omzet per bulan orderan diperkirakan per bulan Rp 15 juta. Jumlah total pekerja ada tujuh orang.
(*)