Liputan6.com, Jakarta - GoodVibes Botanical (GoodVibes) merupakan salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengoptimalkan potensi anak muda dalam pengembangan usaha. Tak hanya itu, sang pendiri GoodVibes, Gina Priadini, terus memastikan bisnisnya memberikan dampak ekonomi pada lingkungan terdekatnya terlebih dahulu.
GoodVibes di bawah bendera PT Reka Natura Asia saat ini memiliki tim dengan 13 orang karyawan, termasuk Gina di dalamnya. Sebagian besar karyawannya berusia 20-an tahun.
Advertisement
GoodVibes memperhatikan setiap mata rantai keseluruhan proses bisnisnya termasuk pemberdayaan masyarakat lokal menjadi pekerja profesional.
"Kita berbasis pada sustainability (berkelanjutan) jadi ada nilai-nilai etika sosialnya. Biasanya kita mengutamakan orang-orang yang tinggal di daerah kita," ungkap Gina kepada Liputan6.com.
Menurut Gina, alasanya karena ia ingin usaha yang didirikannya memberikan dampak terlebih dahulu kepada lingkungan sekitar.
"Kita ingin memberikan dampak ke yang dekat dahulu, termasuk dampak ekonominya," sambung Gina.
GoodVibes merupakan merek lokal produk perawatan kulit natural dan aromaterapi dengan pendekatan keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Bahan baku natural yang digunakan dalam setiap pembuatan produk GoodVibes telah bersertifikat ecocert. Selain itu, GoodVibes pada 2020 bekerjasama dengan Bintaro Bebas Sampah untuk memilah sampah anorganik-nya.
GoodVibes sendiri telah berdiri sejak 2019 dengan sekira 20 Stock Keeping Unit (SKU). Kantor pusatnya berada di wilayah Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Gina meracik sendiri seluruh produk GoodVibes berbekal pengetahuan dari pendidikan perawatan kulit natural yang dimilikinya. Namun untuk proses produksi, ia bekerja sama dengan pabrikan.
"Produk-produk kita sudah ada sertifikat BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), tapi saya yang formulasi semuanya. Untuk produksinya tetap di pabrik," tuturnya.
Perjuangan GoodVibes Berdiri
Berdirinya GoodVibes tak lepas dari kisah pribadi Gina untuk memberikan pengobatan yang bisa digunakan oleh anaknya. Ia pun mulai mengeksplorasi aromaterapi yang ternyata berhasil.
Kemudian ia mulai serius belajar meracik produk. Awalnya hanya ada satu produk yaitu Tension Reliever.
"Tension Reliever itu tadinya seperti produk untuk orang-orang kota yang stres di jalan, dan penyakit orang kota yang susah tidur, ototnya kaku," jelas Gina.
Hingga akhirnya Gina pada 2019 mulai serius mengembangkan GoodVibes, dan memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Ia merasa pengobatan alami atau home remedy berbasis essential oil sangat efektif, sehingga semakin percaya diri menawarkan produknya ke pasar.
PT Reka Natura Asia pun sudah berdiri sejak 2019. Sebelum mulai optimal berbisnis, kata Gina, ia bahkan memastikan semua legalitas yang dibutuhkan perusahaannya.
Alhasil, katanya, saat itu ia mengaku cukup pusing dengan proses pengurusan legalitas yang ternyata rumit di Indonesia. Beruntung, persiapan tersebut ternyata membantu GoodVibes bertahan.
"Tapi sisi baiknya, begitu saya suda punya legal, saya bisa mengurus BPOM. Jadi orang-orang sekarang banyak yang tiarap karena tidak ada BPOM, kita sudah ada," tutur perempuan kelahiran 20 Mei 1981 tersebut.
Advertisement
Pandemi Tak Buat GoodVibes Mundur
Berbekal modal awal Rp 30 juta, kata Gina, GoodVibes sampai saat ini bisa bertahan. Bahkan ia mengaku tidak ada pinjaman dalam menjalankan bisnisnya, hanya bergantung dari yang uang konsumen yang terus berputar.
GoodVibes bisa mengantongi omzet berkisar Rp 6 - 10 juta dalam sehari, dengan harga jual produk mulai dari 179 ribu hingga Rp 900 ribuan.
Beberapa produknya antara lain Surface Anti Bacterial, Release Massage Oil, Anti-Germs Rinse Free Cleanser, Hairpro Shampoo, dan Tension Aromatherapy Droplets. Surface Anti Bacterial dan Anti-Germs Rinse Free Cleanser sangat diminati selama pandemi Covid-19, tapi saat ini penjualan produk-produk yang lain sudah relatif stabil.
Gina mengaku bisnisnya sempat tertekan pandemi Covid-19, sehingga tidak lagi memiliki jalur distribusi lain melalui toko fisik. Saat ini GoodVibes memasarkan seluruh produknya melalui direct distribution, tanpa menggunakan reseller.
Saluran penjualan yang digunakan saat ini adalah melalui situs web GoodVibes sendiri, serta bekerja sama dengan Tokopedia dan Shopee.
"Kita juga mengandalkan online banget, dan itu sulit sekali karena infrastrukturnya sangat mahal. Jadi tantangannya multidimensional, multi challenge sekali selama pandemi," jelas Gina.
Meski tertekan pandemi, GoodVibes tetap bertahan, bahkan membuka dua toko offline pada Juli dan November 2020.
Tips bertahan di tengah pandemi, kata Gina, dengan selalu berpikir bisnisnya adalah customer centric. Selama masih bisa memenuhi kebutuhan konsumen, ia meyakini usaha akan terus berjalan.
Menurutnya, para pelaku usaha sebaiknya mengoptimalkan energi untuk bisa bertahan bukan memikirkan kemungkinan kegagalan. Salah satu pelajaran di tengah pandemi, katanya, pelaku usaha harus bekerja lebih keras daripada sebelumnya.
"Jadi cara saya berpikir bahwa selama usaha kita masih dibutuhkan konsumen, sebenarnya ya kita tidak akan punya masalah dengan itu. Jadi tidak perlu berpikir berlebihan usaha kita akan gagal atau bagaimana," ungkapnya.