Liputan6.com, Jakarta Menurut sebuah studi terbaru, orang dewasa yang tumbuh dengan berbicara melalui dua bahasa yang berbeda dapat mengalihkan perhatian mereka di antara tugas yang berbeda lebih cepat daripada mereka yang terlambat belajar bahasa kedua dan baru melakukannya di kemudian hari.
Sebagaimana dikutip dari CNBC, Kamis (1/4/2021), ini hanyalah salah satu dari banyak manfaat kognitif menjadi seorang praktisi dwibahasa.
Advertisement
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dwibahasa terus-menerus beralih di antara dua bahasa di otak mereka.
Aktivitas ini mampu meningkatkan "fleksibilitas kognitif", yang diukur berdasarkan kemampuan untuk beralih antara berpikir tentang berbagai konsep atau beberapa konsep sekaligus, dan "kemampuan perhatian selektif", dimana adanya proses mental untuk fokus pada satu tugas atau objek pada satu waktu.
Penelitian lain menunjukkan bahwa anak-anak bilingual dapat menyelesaikan teka-teki mental lebih cepat dan lebih efisien daripada mereka yang hanya berbicara dengan satu bahasa saja.
Alasannya? Berbicara dua bahasa membutuhkan "fungsi eksekutif," yang merupakan keterampilan kognitif tingkat tinggi seperti perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pengorganisasian. Pada dasarnya, tugas ini adalah aktivitas olahraga untuk otak.
Telah terbiasa dengan lingkungan bahasa yang lebih kompleks
Dalam sebuah studi terbaru lainnya, orang dewasa dwibahasa berpartisipasi dalam eksperimen yang mengharuskan menonton gambar di layar yang berangsur-angsur bergeser dan mencatat perubahan. Orang dewasa yang mulai berbicara bahasa kedua sejak kecil dapat melihat perubahan lebih cepat daripada mereka yang baru belajar bahasa lain di kemudian hari.
Anak-anak dwibahasa harus terbiasa "memanfaatkan berbagai sumber informasi visual, seperti gerakan mulut, ekspresi wajah, dan gerakan halus," jelas Dean D'Souza, penulis studi dan dosen psikologi di Universitas Anglia Ruskin mengatakan dalam rilisnya.
Hal ini disebabkan karena mereka dibesarkan di lingkungan bahasa yang lebih kompleks. “Anak dari rumah (yang menerapkan) dwibahasa beradaptasi dengan lingkungan bahasa mereka yang lebih kompleks dengan mengambil sampel lebih banyak dari lingkungan visual mereka dan menempatkan lebih banyak bobot pada informasi baru,” tulis penulis penelitian.
Ketika anak-anak belajar bahasa kedua di usia muda (antara 0 dan 3), otak mereka masih dapat lekas berubah, yang membuatnya lebih mudah dalam menerima dan mempelajari bahasa baru.
Menariknya, menurut D'Souza, penting untuk menggarisbawahi bahwa manfaat mental dari memulai pembelajaran bahasa baru sejak dini tampaknya bertahan bahkan saat anak-anak tumbuh menjadi dewasa.
Jika Anda seorang monolingual, tetapi berharap untuk mengajari anak-anak Anda bahasa lain, tidak perlu khawatir berlebih karena ada cara untuk memperkenalkan dan mengajarkannya dari rumah. Beberapa cara yang direkomendasikan adalah menyanyi dan mendengarkan musik dalam bahasa lain, menonton acara TV bertema pendidikan bahasa, dan mengikuti kelas bahasa virtual adalah kesempatan untuk membantu anak-anak mengenal bahasa lain, menurut American Speech-Language-Hearing Association.
Reporter: Priscilla Dewi Kirana
Advertisement