HEADLINE: Eropa Lockdown Dihantam Gelombang Ketiga COVID-19, Apa Antisipasi Indonesia?

Varian baru Virus Corona bermunculan. Ada yang lebih menular. Gelombang ketiga pandemi COVID-19 pun mulai menghantam Eropa.

oleh Teddy Tri Setio BertyBenedikta Miranti T.VTommy K. Rony diperbarui 27 Mar 2021, 00:02 WIB
Seorang wanita berjalan di depan toko pakaian tradisional Bavaria yang tutup di pusat kota di Munich, Jerman, Selasa (23/3/2021). Jerman memperpanjang tindakan pengunciannya sebulan lagi. (AP Photo/Matthias Schrader)

Liputan6.com, Jakarta - Varian baru Virus Corona bermunculan. Ada yang lebih menular. Gelombang ketiga pandemi COVID-19 pun mulai menghantam Eropa.

Karantina wilayah atau lockdown kembali jadi solusi. Sejumlah negara di Eropa terpaksa memberlakukan kembali kebijakan tersebut.

Salah satunya Belanda. Pemerintah Negeri Kincir Angin itu memperpanjang lockdown hingga 20 April. Bukan tanpa alasan. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan, lockdown diperpanjang karena meningkatnya jumlah kasus infeksi COVID-19 dan rawat inap di rumah sakit.

"Jumlah pasien COVID-19 yang mendapat perawatan intensif semakin meningkat. Gelombang ketiga mulai terlihat. Oleh karena itu, paket tindakan (lockdown) saat ini diperpanjang," kata Rutte.

"Saya mengerti (keputusan) ini mengecewakan. Saya memahami (adanya) ketidaksabaran. Namun, jumlah kasus infeksi Virus Corona baru sedang meningkat," tegasnya.

Selain Belanda, Jerman juga menerapkan kebijakan serup. Kanselir Angela Merkel mengumumkan Jerman kembali lockdown karena adanya lonjakan baru infeksi Virus Corona.

"Situasinya serius. Jumlah kasus meningkat secara eksponensial dan tempat tidur perawatan intensif terisi lagi," ungkap Merkel.

Di Polandia, yang mengalami jumlah kasus harian terbanyak sejak November, upaya baru telah memaksa toko-toko non-esensial dan fasilitas lain untuk tutup selama tiga pekan. Toko-toko non-esensial juga tutup di Ibu Kota Ukraina, Kyiv, dimana hanya pasar makanan yang diperbolehkan buka. 

Sementara itu, sekitar sepertiga populasi Perancis berada dalam karantina wilayah setelah pembatasan diberlakukan pada Jumat 19 Maret di Paris dan beberapa kawasan lain di sebelah utara dan selatan negara itu.

Selain menghadapi gelombang ketiga pandemi COVID-19, para pemimpin Uni Eropa juga kesulitan untuk menyelesaikan perselisihan tentang distribusi suntikan vaksin COVID-19. Mereka tengah berupaya meningkatkan vaksinasi untuk 27 negara di tengah kekurangan pasokan vaksin, lonjakan kasus karena varian baru COVID-19, dan perselisihan dengan Inggris.

"Kita berada pada awal gelombang ketiga di Eropa, dan di banyak negara anggota Eropa, penularan meningkat lagi," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setelah pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa secara virtual.

"Hanya untuk memperjelas, kita hendak memastikan bahwa Eropa mendapatkan bagian vaksin yang adil," imbuhnya.

Infografis Eropa Lockdown Covid-19, Indonesia Bertahan (Liputan6.com/Triyasni)

Selain di Eropa, varian baru Virus Corona juga terdeteksi di Indonesia yang kini sedang melakukan vaksinasi COVID-19. Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya gelombang baru penyebaran COVID-19? 

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan menegaskan, solusinya adalah jangan kendor mengikuti protokol kesehatan. Testing dan tracing juga tidak boleh dilupakan meski jutaan orang sudah mendapat vaksin.

"Varian baru ya bisa menyebar ke manapun. Prinsipnya begini: yang harus diwaspadai adalah proses penularan. Hal itu terus berjalan, karena itu proses pencegahan harus terus dilakukan," jelas Ede kepada Liputan6.com, Jumat (26/3/2021).

Ede mengingatkan, vaksinasi tidak bisa melindungi 100 persen, terbukti dengan kasus-kasus tertular sesudah mendapatkan dua dosis vaksin. Selain itu, laju vaksinasi di Indonesia juga masih 350 ribu dosis per hari.

Ede memberi contoh bahwa 2 juta vaksin sehari saja butuh 3 bulan untuk memvaksinasi sekitar 180 juta orang, sehingga vaksinasi saat ini belum sesuai harapan.

"Selama vaksinasi itu belum selesai, fase 1 dan fase 2, (dan) yang kedua, selama penularan kasus baru masih ditemukan di atas 5 persen positive rate, reproduksi efektif di atas 1, jadi selama itu kita masih diancam kondisi pandemi, dan tak bisa mengendorkan protokol kesehatan," ujarnya. 

Ia menyebut kebijakan PPKM Mikro bisa menjadi solusi untuk melawan penyebaran virus COVID-19, asalkan kebijakannya sungguh-sungguh. "Kalau PPKM Mikronya berjalan efektif dan penemuan kasusnya itu juga cepat. Ini kita bisa melimitasi pergerakan dari virus itu. Jadi, tantangannya adalah bagaimana kita bisa melakukan limitasi pergerakan virus," jelas Ede.

Menurut dia, masalah dari varian baru COVID-19 ini adalah penularan yang lebih cepat. Vaksin Sinovac dianggap masih bisa efektif, sebab varian baru ini tidak menunjukan bahwa vaksinnya lebih kebal. 

"Yang mesti dicatat adalah orang yang sudah divaksin dua kali pun bukan berarti kebal 100 persen. Masih mungkin terinfeksi. Buktinya banyak yang sudah divaksin lengkap kemudian terinfeksi, tapi gejalanya jadi kecil, jadi ringan, sehingga bahkan tanpa gejala. Ini kan artinya level dari persoalan lebih rendah," ujarnya.

Ede juga mengingatkan agar pemerintah tegas agar tidak mengizinkan sekolah tatap muka di zona merah. "Sebaiknya itu tetap dipantau. Ukuran-ukuran pandemi mesti diterapkan di daerah situ. Satu, misalnya zonasi jangan merah."

"Kedua kalau bisa testing-nya dan tracing-nya sudah bagus. Dan positive rate-nya di bawah lima persen. Reproduksi efektifnya di bawah satu persen. Dengan demikian, penularan terkendali, tapi kalau semuanya masih di atas itu indikatornya. Itu sangat berisiko," jelasnya. 

Saat ini, sudah ada sekolah yang membuka kelas tatap muka di Jabodetabek. Di Bekasi, dinas pendidikan membuka 88 SD sejak 22 Maret dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Anak-anak tampak mengenakan masker. 

Sejak tahun lalu, sekolah di Jepang juga sudah buka. Murid-murid pun harus mengenakan masker di dalam kelas. 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Antisipasi Indonesia

Tenaga kesehatan mengambil sampel tes usap (swab) antigen di Jakarta, Senin (25/1/2021). Data Satgas Covid-19 per Senin (25/1) mencatat kasus positif di Indonesia bertambah 9.994 orang sehingga total kasus positif menjadi 999.256 orang atau hampir menembus 1 juta kasus. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, terjadinya kenaikan kasus COVID-19 di beberapa negara Eropa disebabkan karena munculnya varian baru Virus Corona. Pernyataan ini disampaikan Menkes Budi Gunadi usai Rapat Terbatas mengenai Pandemi COVID-19 di Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat (26/3/2021).

"Kita amati memang terjadinya karena adanya strain baru, yang juga sudah datang di Indonesia di Januari, dan juga adanya mobilitas yang terlalu agresif pembukaannya," kata Budi.

"Arahan bapak Presiden, coba dicari titik keseimbangan agar hasil yang sudah bagus, penurunan karena program PPKM mikro dan vaksinasi, kita tidak kehilangan momentum perbaikannya."

Menurutnya, hal ini agar kasus infeksi virus corona di Indonesia dapat terus menurun tanpa mengalami lonjakan seperti yang terjadi di Eropa.

Budi pun mengingatkan masyarakat agar tetap melakukan protokol kesehatan meski telah divaksin. Ia mengingatkan bahwa seseorang masih bisa tertular virus corona walau sudah divaksin, meski gejalanya kemungkinan tidak parah.

"Pesan saya kepada teman-teman, walaupun sudah divaksinasi, tolong tetap memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan," ungkap dia.

"Vaksinasi bukan membuat kita kebal tidak mungkin terkena. Itu masih bisa terkena, cuma karena antibodi kita sudah baik, itu akan segera cepat sembuh dan tidak usah masuk ke rumah sakit, tapi masih bisa menularkan."

Budi mengatakan, apabila disiplin melakukan protokol kesehatan 3M, maka masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan adanya strain baru virus corona COVID-19.

Selain itu, Satgas Penanganan COVID-19 mengatakan, pemerintah masih berpegang pada Surat Edaran Satgas Nomor 8 tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional dalam Masa Pandemi COVID-19, demi mencegah penularan virus corona dari luar negeri.

Pernyataan ini disampaikan Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito, terkait antisipasi masuknya virus corona dari negara lain, akibat terjadinya lonjakan kasus di beberapa negara Eropa.

"Sampai saat ini untuk pelaku perjalanan internasional aturannya masih berkiblat pada SE Satgas Nomor 8 Tahun 2021. Pemerintah terus mengetatkan operasinya di lapangan" kata Wiku kepada Liputan6.com.

Selain itu, Wiku mengatakan bahwa antisipasi yang masih dilakukan adalah dengan pemeriksaan whole genome sequencing untuk COVID-19. Ia mengatakan bahwa pelaksanaan tes tersebut akan terus menerus ditingkatkan.

Dalam konferensi persnya di Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat (26/3/2021), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa ada dua penyebab terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara Eropa.

"Kita amati memang terjadinya karena adanya strain baru, yang juga sudah datang di Indonesia di Januari, dan juga adanya mobilitas yang terlalu agresif pembukaannya," kata Budi seperti disiarkan Youtube Sekretariat Presiden.

"Arahan bapak Presiden, coba dicari titik keseimbangan agar hasil yang sudah bagus, penurunan karena program PPKM mikro dan vaksinasi, kita tidak kehilangan momentum perbaikannya," Wiku memungkasi.


Hadapi Gelombang Ketiga

Orang-orang berjalan di depan toko suvenir yang tutup di Paris (22/3/2021). Penduduk Paris dan beberapa wilayah Prancis lainnya menghabiskan akhir pekan pertama mereka di bawah penguncian terbatas selama sebulan. (AP Photo/Lewis Joly)

Situasi penyebaran virus corona semakin memburuk di seluruh wilayah Prancis dan pemerintah mempertimbangkan untuk menambah tiga departemen (wilayah) ke dalam daftar 16 kawasan berisiko tinggi yang telah menerapkan aturan pembatasan ketat sejak pekan lalu, ungkap Juru Bicara Pemerintah Prancis Gabriel Attal di Paris.

"Kami harus membatasi perjalanan dan menutup tempat-tempat tertentu," ungkapnya. "Langkah yang telah diambil berjalan seimbang dan efektif selama aturan itu dipatuhi."

Sebanyak mungkin orang harus bekerja dari rumah demi membendung penyebaran virus, tegasnya, seraya menambahkan bahwa akan ada lebih banyak pemeriksaan yang dilakukan dan perusahaan akan menghadapi sanksi jika mereka tidak mematuhi aturan itu.

Pada 19 Maret, pemerintah menerapkan karantina wilayah atau lockdown parsial terhadap 16 dari 101 departemen di negara tersebut, termasuk Paris dan wilayah di sekitarnya, saat angka kasus penularan harian COVID-19 di seluruh wilayah Prancis kembali melonjak ke level tertinggi sejak pertengahan November.

Toko-toko nonesensial ditutup, perjalanan antarwilayah dilarang, masyarakat diimbau untuk tetap di rumah, dan sejumlah perjalanan yang diizinkan adalah untuk pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dari jarak jauh, keadaan darurat medis, membeli kebutuhan, atau berolahraga di luar ruangan selama masih berada dalam jarak 10 kilometer dari rumah.

Situasi epidemi COVID-19 di Prancis masih parah, dengan rata-rata angka kasus penularan harian tetap di atas 30.000 pada pekan lalu.  

Pemberlakuan lockdown COVID-19 juga dilakukan Belanda. Lockdown diperpanjang hingga 20 April karena meningkatnya jumlah kasus infeksi COVID-19 dan rawat inap di rumah sakit.

Menurut Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, satu-satunya perubahan signifikan pada langkah-langkah lockdown yang ada adalah bahwa jam malam akan dimulai pada pukul 22.00, alih-alih pukul 21.00, mulai 31 Maret. Jam malam itu masih akan berlanjut hingga pukul 04.30 keesokan paginya.

"Adalah logis bahwa kita sudah lelah. Tetapi perilaku kita sendiri masih menjadi cara tercepat untuk memberlakukan langkah pelonggaran," kata Rutte.

Pemerintah Belanda juga menyarankan warganya untuk tetap berada di negara itu dan tidak bepergian ke luar negeri hingga 15 Mei.

Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Belanda pada Selasa mengatakan bahwa sebanyak 46.005 orang teruji positif COVID-19 dari 17 hingga 23 Maret, naik 16 persen dari pekan sebelumnya.

Saat dunia sedang berjuang untuk mengatasi pandemi, vaksinasi sedang dilaksanakan di semakin banyak negara termasuk Belanda dengan vaksin virus corona yang telah disetujui.

Rutte berharap akan ada lebih banyak lagi yang bisa dilakukan mulai awal Juni, ketika sekelompok besar warga di negara itu telah divaksinasi.

Secara global, 264 kandidat vaksin, dengan 82 di antaranya dalam tahap uji klinis, masih dikembangkan di sejumlah negara termasuk Jerman, China, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat, menurut informasi terbaru yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).


12 Negara Kembali Lockdown

Seorang tukang pos melewati toko yang tutup di pusat kota Munich, Jerman, Selasa (23/3/2021). Jerman memperpanjang tindakan pengunciannya sebulan lagi. (AP Photo/Matthias Schrader)

1. Jerman

Jerman telah memperpanjang aturan pembatasannya saat ini hingga 18 April 2021.

Namun, penutupan nasional lima hari yang direncanakan pada awal April kini telah dibatalkan setelah rencana itu dikritik secara luas. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan itu adalah "kesalahan" untuk mencoba memperkenalkan langkah-langkah tambahan dalam waktu sesingkat itu.

2. Prancis

Paris memasuki penguncian selama sebulan, bersama dengan beberapa wilayah lain di utara dan selatan.

Sebanyak sekitar 21 juta orang di 16 wilayah Prancis akan terpengaruh. Bisnis yang tidak penting harus ditutup, tetapi sekolah dan kios penata rambut akan tetap buka.

Orang akan diizinkan berolahraga di luar ruangan dalam jarak 10 km (6 mil) dari rumah mereka, tetapi tidak diizinkan melakukan perjalanan ke bagian lain negara kecuali mereka memiliki alasan yang krusial.

3. Italia

Toko, restoran, dan sekolah kembali ditutup di lebih dari separuh wilayah Italia, termasuk di Roma dan Milan.

Orang diharuskan untuk tinggal di rumah kecuali untuk pekerjaan, kesehatan atau alasan penting lainnya. Selama tiga hari selama Paskah (3-5 April), akan ada penutupan total di seluruh negeri.

4. Denmark

Pemerintah Denmark telah mengusulkan "tiket corona" untuk semua orang yang berusia di atas 15 tahun. Kartu ini, tersedia di ponsel dan di atas kertas, akan menunjukkan apakah orang telah divaksinasi, sebelumnya terinfeksi, atau memiliki tes negatif dalam 72 jam terakhir.

Ini akan memungkinkan orang memenuhi persyaratan untuk pergi ke penata rambut, restoran, atau tempat lain, karena negara secara bertahap mencabut pembatasan. 

5. Yunani

Sekolah-sekolah di seluruh Yunani kembali ditutup selama dua minggu mulai 16 Maret.

Di daerah dengan tingkat infeksi tinggi - "zona merah", yang mencakup Athena - toko-toko non-esensial penata rambut dan salon kecantikan juga tutup.

Orang dapat berbelanja barang-barang penting dalam radius 2 km dari rumah mereka, tetapi tidak dapat bepergian ke luar daerah mereka. Jam malam dari 21.00 sampai 05.00 diberlakukan selama seminggu dan dari 19.00 sampai 05.00 di akhir pekan. 

6. Republik Ceko

Salah satu negara yang paling terpukul di UE, Republik Ceko kini telah memperketat pengunciannya.

Langkah-langkah baru tersebut mencakup penutupan pembibitan dan sekolah untuk anak-anak yang lebih kecil dan mereka yang memiliki disabilitas, larangan pergerakan antar distrik dan pengujian massal wajib bagi karyawan pabrik dan perusahaan yang tetap buka.

7. Spanyol

Spanyol memberlakukan jam malam nasional hingga awal Mei 2021.

Orang hanya diperbolehkan keluar dalam periode itu untuk pergi bekerja, alasan pendidikan, membeli obat, atau merawat orang tua atau anak-anak. Siapa pun yang berusia di atas enam tahun harus mengenakan penutup wajah di transportasi umum dan di ruang publik dalam ruangan secara nasional. 

Mereka juga wajib berada di luar ruangan di banyak wilayah. 

8. Belgia

Penguncian di Belgia telah diperpanjang hingga 1 April. Semua perjalanan yang tidak penting juga dilarang.

Sementara itu, hanya maksimal satu orang diperbolehkan mengunjungi rumah Anda (selalu orang yang sama) dan, untuk pertemuan di luar, aturan empat tetap berlaku. Sekolah dan toko tetap buka, tetapi orang harus berbelanja sendiri dan tidak tinggal di toko mana pun selama lebih dari 30 menit.

Masker harus dipakai di semua ruang publik dalam ruangan maupun di area ramai di luar.

9. Portugal

Portugal akan melanjutkan keadaan darurat, yang dimulai pada Januari hingga 31 Maret.

Tetapi beberapa langkah pelonggaran dimulai dari 15 Maret, dengan dibukanya kembali beberapa bisnis dan pembibitan serta sekolah dasar untuk pengajaran tatap muka.

Pembukaan kembali secara bertahap direncanakan untuk bulan April. Toko-toko serta museum, sekolah menengah dan universitas dapat dibuka kembali pada 19 April, jika situasinya memungkinkan.

10. Belanda

Murid sekolah menengah sekarang memiliki pelajaran setidaknya satu hari di sekolah.

Penata rambut dan profesi kontak dekat lainnya (selain pekerja seks) telah dibuka kembali, dan toko dapat dibuka untuk pelanggan dengan perjanjian. Remaja dan orang dewasa hingga usia 27 tahun dapat bermain olahraga tim di luar ruangan.

Namun, jam malam pukul 21.00 hingga 04.30 akan tetap berlaku hingga akhir Maret. Pemerintah sedang mempertimbangkan apakah akan mengembalikan jam malam satu jam, menjadi 22.00.

Bar dan restoran tetap tutup, bersama dengan toko-toko yang tidak penting. Pertemuan lebih dari dua orang dilarang.

11. Irlandia

Irlandia kembali ke penguncian penuh pada akhir Desember, dan tingkat pembatasan tertinggi - level lima - akan tetap berlaku hingga 5 April. Orang harus tinggal di rumah kecuali untuk perjalanan kerja, pendidikan atau alasan penting lainnya, atau untuk berolahraga dalam jarak 5 km (3,1 mil) dari rumah.

Pengunjung tidak diperbolehkan berada di rumah atau taman pribadi kecuali untuk perawatan anak-anak, orang tua atau mereka yang rentan. Pernikahan dibatasi untuk enam orang dan pemakaman untuk 10 orang.

12. Swedia

Swedia mencoba untuk menghindari penerapan aturan ketika negara lain dikunci, tetapi pada 10 Januari undang-undang darurat baru mulai berlaku.

Ini memberi kekuatan bagi pemerintah untuk memberlakukan pembatasan terkait virus corona untuk pertama kalinya.

Hingga saat ini, pemerintah Swedia mengandalkan sebagian besar masyarakat mengikuti rekomendasi kesehatan resmi secara sukarela.

Pedoman nasional saat ini meminta penumpang untuk memakai masker wajah di angkutan umum pada jam sibuk, tetapi beberapa daerah sekarang merekomendasikannya di luar jam sibuk juga.

Toko dan pusat kebugaran harus membatasi jumlah untuk menyediakan ruang setidaknya 10 meter per pelanggan. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya