Uni Eropa Setop Larangan Ekspor Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Para pemimpin Uni Eropa telah menghentikan larangan ekspor vaksin COVID-19 AstraZeneca.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 26 Mar 2021, 17:00 WIB
Botol kosong vaksin COVID-19 AstraZeneca terlihat selama sesi pelatihan cara memberikan suntikan vaksin COVID-19 di Asosiasi Perawat Korea di Seoul, Korea Selatan (17/2/2021). Korsel berencana memulai inokulasi virus COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca pada 26 Februari. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Brussel - Para pemimpin Uni Eropa telah berhenti melarang ekspor vaksin setelah perselisihan berkepanjangan dengan pabrikan Anglo-Swedia AstraZeneca.

Dalam pertemuan puncak pada Kamis (25/3), mereka memberikan dukungan pada prinsipnya untuk memperkuat kontrol ekspor.

Tetapi pernyataan pasca KTT menekankan pentingnya rantai pasokan global yang diperlukan untuk menghasilkan vaksinasi. Demikian seperti mengutip BBC, Jumat (26/3/2021). 

Elemen vaksinasi AstraZeneca diproduksi di sejumlah negara bagian UE.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan AstraZeneca harus "mengejar" pengiriman ke UE sebelum mengekspor dosis ke tempat lain.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada wartawan bahwa ini menandai "berakhirnya kenaifan" dari UE.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Vaksinasi di Uni Eropa

Penumpang dari Taiwan yang mengenakan APD lengkap tiba di Bandara Paris Charles de Gaulle di Roissy, Paris, Senin (1/2/2021). Prancis telah menutup perbatasannya untuk mayoritas negara non-Uni Eropa akibat situasi pandemi dan kekhawatiran penyebaran varian baru Covid-19. (AP Photo/Francois Mori)

Peluncuran vaksin di negara bagian UE telah dimulai dengan lambat, dan blok tersebut menyalahkan perusahaan farmasi - terutama AstraZeneca - karena tidak memberikan dosis yang dijanjikan. AstraZeneca membantah bahwa mereka gagal memenuhi kontraknya.

"Saya pikir jelas bahwa pertama-tama perusahaan harus mengejar ketinggalan," kata Von der Leyen pada konferensi pers setelah pertemuan para pemimpin virtual.

"[Itu] harus menghormati kontrak yang dimilikinya dengan negara-negara anggota Eropa sebelum dapat terlibat lagi dalam mengekspor vaksin," katanya. 

"Kami ingin menjelaskan kepada warga Eropa kami bahwa mereka [bisa] mendapatkan bagian yang adil."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya