Pria di Thailand Meninggal Usai 10 Hari Divaksin, Otoritas Kesehatan Minta Warga Tenang

Otoritas kesehatan Thailand meminta warganya tenang atas laporan kasus meninggalnya seorang pria di Thailand usai divaksin.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 26 Mar 2021, 17:31 WIB
Perawat menyiapkan suntikan vaksin COVID-19 CoronaVac dari Sinovac di Institut Penyakit Menular Bamrasnaradura di Bangkok, Minggu (28/2/2021). Pekan ini, Thailand menerima 200.000 dosis pertama vaksin Sinovac dari China dan 117.00 dosis impor vaksin AstraZeneca. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Liputan6.com, Bangkok - Pejabat kesehatan Thailand bergegas menenangkan ketakutan publik pada Jumat (26/3) setelah mengonfirmasi seorang pria yang meninggal 10 hari setelah menerima vaksin COVID-19 awal bulan ini.

Penyebab kematian berasal dari aneurisma aorta perut (AAA) dan pecah, kata pejabat kesehatan senior Sopon Mekton, menambahkan kampanye vaksinasi negara akan terus berlanjut. Demikian seperti melansir Channel News Asia, Jumat (26/3/2021). 

Pria itu diinokulasi pada 3 Maret dan meninggal pada 13 Maret.

"Saya yakin kematian ini karena aneurisma dan tidak terkait dengan vaksin," kata Sopon dalam konferensi pers.

AAA adalah pembengkakan pembuluh darah utama yang mengarah dari jantung dan pecah bisa berakibat fatal.

Pria, yang usianya tidak disebutkan, memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya dan telah menjalani operasi pada Januari, kata pejabat kesehatan Tawee Chotpitayasunond, menggambarkannya sebagai "bom waktu di dalam tubuh".

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:


Proses Vaksin di Thailand

Seorang petugas kesehatan disuntik vaksin COVID-19 CoronaVac dari Sinovac, di Institut Penyakit Menular Bamrasnaradura di Bangkok, Minggu (28/2/2021). Pekan ini, Thailand menerima 200.000 dosis pertama vaksin Sinovac dari China dan 117.00 dosis impor vaksin AstraZeneca. (Lillian SUWANRUMPHA/AFP)

Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul mengimbau masyarakat untuk tetap menerima vaksin.

Sejauh ini, Thailand telah memberikan sekitar 136.000 dosis vaksin virus corona, sebagian besar menggunakan vaksin Sinovac Biotech China, tetapi vaksin AstraZeneca juga telah diberikan.

Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha adalah orang pertama di Thailand yang menerima suntikan AstraZeneca pada 16 Maret, yang ditunda beberapa hari setelah laporan di Eropa tentang pembekuan darah di antara beberapa penerima.

Mereka yang diinokulasi di Thailand sejauh ini adalah pekerja atau kelompok medis garis depan yang dianggap berisiko karena kemungkinan terpapar virus, atau usia mereka dan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.

Thailand telah melaporkan 28.577 infeksi virus corona dan 92 kematian.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya