Kapitalisasi Pasar Saham 4 Raksasa Teknologi China Susut Rp 876,49 Triliun

Tekanan terhadap raksasa teknologi China tersebut di tengah ancaman potensi pencabutan pencatatan dari bursa saham Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mar 2021, 23:27 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa perusahaan teknologi China yang mencatatkan saham di Amerika Serikat dan Hong Kong antara lain Alibaba, Baidu, JD.com, dan Netease alami penurunan nilai kapitalisasi pasar saham hanya dalam beberapa hari.

Tekanan terhadap raksasa teknologi China tersebut di tengah ancaman potensi pencabutan pencatatan dari bursa saham Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan saham di Hong Kong, kapitalisasi pasar empat saham raksasa teknologi China turun 468,64 miliar dolar Hong Kong atau sekitar USD 60,31 miliar atau sekitar Rp 876,49 triliun (asumsi kurs Rp 14.416 per dolar AS).

Berikut daftar nlai kapitalisasi pasar saham dari perusahaan teknologi China yang menyusut dilansir dari CNBC, Jumat, (26/3/2021):

1.Kapitalisasi pasar saham Alibaba susut 303,1 miliar dolar Hong Kong (USD 39 miliar

2.Kapitalisasi pasar saham Baidu merosot 107,54 miliar dolar Hong Kong

3.Kapitalisasi pasar saham JD.com turun 30,674 miliar dolar Hong Kong

4.Kapitalisasi pasar saham Netease susut 27,334 miliar dolar Hong Kong

Adapun Baidu yang baru debut di bursa saham Hong Kong lesu seiring sentimen tersebut.

Pada Rabu, 24 Maret 2021, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat mengadopsi aturan yang mengancam untuk menghapus pencatatan saham dari bursa saham AS kecuali jika mematuhi standar audit AS. Dikenal sebagai Holding Foreign Companies Accountable, undang-undang tersebut disahkan oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Tantangan

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Perusahaan yang diidentifikasi oleh SEC akan membutuhkan audit oleh pengawas AS dan perlu menunjukkan kalau perusahaan mereka tidak dimiliki dan dikendalikan oleh entitas pemerintah di yurisdiksi asing.Perusahaan juga harus menyebutkan anggota dewan yang merupakan pejabat Partai Komunis China.

Selain ketidakpastian peraturan tersebut, perusahaan teknologi China juga hadapi potensi tantangan di dalam negeri karena Pemerintah China memperketat pada sektor yang berkembang pesat dan menetapkan undang-undang anti monopoli dalam teknologi keuangan dan e-commerce.

Reuters melaporkan awal pekan ini, pendiri Tencent bertemu dengan pejabat pemerintah China untuk membahas kepatuhan grupnya.

Sebelumnya grup Ant tiba-tiba ditangguhkan rencana IPO nya. Di luar kekhawatiran itu sektor saham teknoogi mendapat tekanan karena imbal hasil obligasi meningkat. Kenaikan imbal hasil obligasi menekan saham teknologi.

Selain itu, seiring meningkatnya optimisme atas potensi pemulihan ekonomi global, investor akan mengalihkan portofolio dari sektor saham teknologi ke saham yang berpotensi naik seiring pemulihan ekonomi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya