Liputan6.com, Jakarta Dokter Spesialis Telinga, Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Dr. dr. Siti Faisa Abiratno, M.Sc Aud-Vestib Med mengatakan, pendengaran sangat berpengaruh besar pada proses perkembangan bicara anak.
“Terkadang orangtua beralasan anak belum bisa bicara karena belum waktunya atau karena lidahnya pendek. Ini yang menyebabkan penanganan terlambat,” ujarnya dalam keterangan pers Kasoem Hearing Center, dikutip Sabtu (27/3/2021).
Advertisement
Menurut Siti, faktor pendukung proses perkembangan bicara anak adalah masuknya stimulus kata-kata atau kalimat di telinga yang diteruskan via jalur saraf pendengaran ke pusat pendengaran di otak. Di sini suara atau kata-kata diinterpretasi dan disimpan untuk dasar perkembangan berbicara lebih lanjut.
“Dengan demikian masalah kemampuan mendengar merupakan hal yang penting dalam perkembangan proses berbicara pada anak. Dimulai dengan anak faham apa yang didengar."
Masalah gangguan dengar pada anak sering tidak disadari oleh para orangtua, lanjut Siti. Anak yang kurang responsif terhadap bunyi di sekitar atau apabila dipanggil tidak respons, dianggap oleh karena anak ‘cuek’ padahal kemungkinan ada masalah kurang dengar.
Siti yang juga dokter konsultan di Kasoem Hearing Center mengungkapkan, perkembangan bicara anak dapat juga dipengaruhi oleh status mental, kesehatan anak dan lingkungan.
Simak Video Berikut Ini
Auditory Feedback
Anak yang sering dirawat di rumah sakit karena penyakit tertentu, memiliki risiko cukup tinggi mengalami hambatan perkembangan bicara.
“Jadi masalah gangguan dengar bukan saja karena input pendengaran yang terganggu, tetapi juga masalah ‘auditory feedback’."
Auditory feedback adalah masalah gangguan dengar yang bukan hanya ditandai dengan kata-kata tidak terdengar dengan sempurna. Namun juga saat anak menirukan atau mengucapkan kata-kata maka akan kurang terdengar di telinganya sendiri.
"Hal tersebut dapat mengakibatkan cara pengucapan atau artikulasi, terutama huruf konsonan tertentu dan intonasi kata-kata tidak sempurna," terangnya.
Sementara itu, dr. M. Pahala Hanafi Harahap M.Ked (ORL-HNS), Sp.T.H.T.K.L (K) mengatakan, masalah gangguan pendengaran pada anak disebabkan oleh masalah lingkungan dan masalah genetik.
“Penyebabnya bisa karena masalah ibu terkena virus saat hamil hingga kondisi prematur dan masalah lain,” ujarnya.
Deputy Direktur Kasoem Hearing Center, Trista Mutia Kasoem menambahkan, edukasi melalui seminar daring profesional akan terus dilakukan secara berkelanjutan.
Tujuannya, lanjut Trista, agar masalah gangguan pendengaran diketahui oleh dokter spesialis maupun dokter umum. Sehingga, menurut dia, ketika ada masalah gangguan pendengaran bisa segera diberikan solusi seperti Alat Bantu Dengar atau Cochlear Implant.
Hal ini sesuai dengan visi misi Kasoem untuk berperan aktif dalam menanggulangi masalah gangguan pendengaran di Indonesia.
"Kami akan konsisten mengadakan program pelatihan dan edukasi untuk profesional secara terus-menerus untuk jadwalnya sendiri bisa dilihat di www.kasoemhearingcenter.com dan terlihat juga antusias dokter spesialis, dokter umum hingga perawat yang mengikuti webinar kali ini hingga 400 peserta," ujarnya.
Advertisement