Cara Atasi Coronasomnia, Salah Satunya Tak Bekerja di Tempat Tidur

Coronasomnia merupakan gangguan tidur yang banyak dialami orang-orang yang bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 07 Jun 2021, 16:35 WIB
Ilustrasi insomnia (Photo by Danfa on Pixaxbay)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 mengubah banyak aspek dalam kehidupan, termasuk pola tidur sehari-hari. Muncul pula fenomena gangguan tidur baru yang disebut coronasomnia. Mereka yang terjangkit masalah ini, mengalami kualitas tidur yang buruk selama pandemi. 

Menurut dr. Andreas Prasadja, RSPGT, salah satu pencetus coronasomnia adalah kehigienisan tidur yang buruk. Semua aktivitas dilakukan di tempat tidur, termasuk bekerja.

Pencetus kedua adalah ritme sirkadian yang terganggu. Pasalnya, jam aktif di otak bergeser. Kondisi itu sangat dipengaruhi cahaya.

"Layar ponsel, laptop, memancarkan cahaya terus menerus 24 jam, circadian rhytm bergeser, akhirnya muncullah gangguan tidur," ujarnya dalam jumpa pers virtual Tokopedia: Wellness From Home, Jumat, 26 Maret 2021.

Andreas juga menyinggung seseorang yang mengalami coronasomnia, bisa jadi mengalami psychophysiological insomnia. Cirinya ditandai gelisah memikirkan waktu tidur sejak sore hari. "Dia udah sibuk mikirin, 'dah sore nih, nanti tidur gimana ya?'" ucapnya.

Kondisi tersebut tentu tak bisa dibiarkan. Tidur yang cukup dan berkualitas menjadi syarat utama menjaga kesehatan dan imunitas tubuh terhadap penyakit, hal yang paling dibutuhkan selama pandemi berlangsung.

Salah satu caranya adalah dengan tidak lagi bekerja di tempat tidur. Kalau pun tinggal di tempat kos atau apartemen, sedapat mungkin menciptakan situasi berbeda saat bekerja dan tidur.

"Kamar tidur dibuat senyaman mungkin, nyaman untuk tidur, bukan untuk kerja. Nah, beli meja dan kursi untuk ditaruh di area lain," saran Andreas.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Pencahayaan hingga Relaksasi

Ilustrasi Tidur Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Selain mengatur tempat tidur senyaman mungkin, langkah berikutnya adalah mengatur pencahayaan. Pagi hari menuju siang dianjurkan menggunakan sinar biru, tetapi menjelang malam, gunakan lampu yang memijarkan sinar kuning. Hal itu untuk membantu tubuh bersiap lebih rileks.

"Atmosfer dan nuansa akan bantu kenali siang dan malam, jadi, pencahayaan itu penting. Sinar biru itu akan dibaca tubuh siang hari, akhirnya melatonin tidak diproduksi," jelas Andreas.

Tak kalah penting adalah mencari aktivitas yang membuat tubuh rileks. Masing-masing orang punya preferensi berbeda. Ada yang membaca buku, merawat tubuh dengan skincare, atau mungkin meditasi. Yang terpenting pikiran dan tubuh bisa rileks.

"Mungkin karena itu pula produk seperti pillow spray mengalami peningkatan 10 kali lipat selama pandemi hanya dalam rentang setahun," kata Ekhel Chandra Wijaya. External Communications Senior Lead Tokopedia.


3 Manfaat Tidur

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya