Liputan6.com, Palembang - Sebanyak 22 sapi milik peternak di Kota Palembang, Sumatera Selatan, mati akibat terserang virus Jembrana yang terjadi sejak pertengahan Februari 2021.
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, Jafrizal, mengatakan kasus virus Jembrana ini berawal dari laporan peternak sapi di kawasan Ponorogo, Palembang.
Baca Juga
Advertisement
"Saat itu kita menerima laporan jika ada 22 sapi milik peternak yang mati mendadak," kata dia.
Dia menjelaskan tanda wabah virus Jembarana. Awalnya, sapi-sapi awalnya mengalami masalah kurang nafsu makan dan mengeluarkan keringat darah.
Oleh karena itu, pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat mengambil sampel untuk kemudian diteliti.
"Sampelnya kami periksakan ke Balai Veteriner Lampung. Hasilnya sapi-sapi itu mati akibat penyakit dari virus Jembrana," katanya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Bukan Zoonosis
Jafrizal mengatakan, pihaknya sendiri lebih menyarankan kepada peternak agar mengubur sapi yang diketahui mati karena penyakit jembrana dikubur, dan dagingnya tidak dikonsumsi.
Meskipun pada dasarnya virus tersebut bukan kategori zoonosis.
"Sebenarnya dagingnya tetap boleh dikonsumsi dengan pengolahan yang benar, kecuali bagian organ tubuh dari hewan yang telah rusak. Sebab virus ini sifatnya tidak dapat menular dari hewan ke manusia," katanya.
Menurutnya, sejak Januari 2021 lalu peternak telah diimbau agar tidak membeli sapi dari Bengkulu maupun Jambi yang terlebih dahulu telah ditemukan kasus penyakit jembrana.
"Tapi yang mungkin alasan petimbangan harga ternak yang lebih murah membuat hal itu tetap dilakukan," katanya.
Sebagai upaya pencegahan, tim telah melakukan penyeprotan disinfektan ke kandang milik 117 peternak sapi di Palembang secara bertahap, serta membagikan vitamin hewan.
"Tim juga sudah turun untuk memastikan kondisi kebersihan kandang peternah sesuai dengan ketentuan," kata dia.
Advertisement