Liputan6.com, Jakarta Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu dikabarkan telah menerima vaksinasi COVID-19. Karena tak ada siaran khusus, tidak ada masyarakat yang secara langsung melihat proses penyuntikan tersebut.
Namun, dalam sebuah wawancaranya di siaran televisi Putin mengungkapkan bahwa dirinya mengalami efek samping ringan usai disuntik vaksin COVID-19.
Advertisement
"Saya bangun keesokan paginya setelah vaksinasi dan bagi saya seperti merasakan sedikit nyeri pada otot," ujarnya seperti dikutip dari Sky News pada Senin (29/3/2021).
"Saya mengambil termometer, suhu tubuh saya normal," ia menambahkan.
Mengutip AP News, Vladimir Putin memang melakukan vaksinasi di luar jangkauan kamera pada hari Selasa pekan lalu. Juru Bicaranya Dmitry Peskov mengatakan bahwa Putin baik-baik saja dan akan bekerja seperti biasa keesokan harinya.
"Ketika menyangkut divaksinasi di depan kamera, dia tidak pernah mendukung itu, dia tidak menyukainya," kata Peskov saat menjelaskan alasan tidak disiarkannya penyuntikan Putin.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Vaksin yang Digunakan
Peskov juga tidak mengungkapkan apakah presiden 68 tahun itu disuntik di fasilitas vaksinasi atau diberikan di kantor atau kediamannya. Ia hanya menyebut kegiatan tersebut akan dilakukan dengan cara yang paling tidak mempengaruhi jadwal kerjanya.
Menurut Peskov, Putin tidak perlu divaksinasi di depan kamera dan mengatakan bahwa masyarakat Rusia akan mendengar tentang apa yang sudah dilakukannya.
"Presiden mendedikasikan waktu yang cukup signifikan dalam jam kerjanya untuk acara, diskusi, pertemuan yang berkaitan dengan vaksinasi, produksi vaksin dan sebagainya. Jadi presiden melakukan banyak hal untuk propaganda vaksin," katanya.
Selain itu, tidak diketahui juga vaksin COVID-19 mana yang diberikan kepada Putin. Sejauh ini, otoritas Rusia telah memberikan persetujuan bagi tiga vaksin COVID-19 buatan dalam negeri yaitu: Sputnik V, EpiVacCorona, dan CoviVac.
Sebuah studi di jurnal The Lancet baru-baru ini menunjukkan bahwa Sputnik V memiliki efikasi sebesar 91 persen, dan bisa mencegah individu sakit parah akibat COVID-19. Belum ada data tentang kemanjuran dua vaksin lainnya.
Sputnik V sendiri diajukan oleh Rusia untuk menjadi vaksin yang dapat digunakan melalui skema COVAX. World Health Organization saat ini masih dalam proses meninjau data vaksin tersebut.
Advertisement