Klaten - Suka makan pecel? Kalau suka, Anda harus berkunjung ke Klaten. Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten kini memiliki objek wisata kuliner anyar bernama Kampoeng Pecel. Lokasinya berada pada lahan milik warga Dukuh Mojorejo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Objek wisata kuliner itu menjadi salah satu unit usaha Lereng Katresnan. Sesuai namanya, pecel menjadi menu andalan. Makanan berisi sayuran dikombinasikan dengan bumbu kacang itu disajikan dengan nasi, gendar, tiwul, hingga hewek dilengkapi peyek kacang. Hewek merupakan makanan seperti gendar. Namun, hewek dibuat dari tiwul sementara gendar dari nasi.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, ada aneka menu minuman dengan salah satu yang spesial yakni dawet cendol Aloe vera atau lidah buaya. Kisaran harga paket makanan di Kampoeng Pecel Rp5.000 hingga Rp20.000.
Tak hanya menyajikan menu makanan yang unik dan lezat. Kampoeng Pecel menawarkan suasana alam pedesaan. Pengunjung bisa menikmati makanan mereka pada gazebo dengan suasana adem oleh rindangnya pohon bambu dan jati. Ada jembatan bambu yang menghiasi kawasan tersebut.
Ketua Lereng Katresnan, Teguh, mengatakan Kampoeng Pecel mulai dibuka pada September 2020. Pendirian Kampoeng Pecel bermula dari budi daya sayuran memanfaatkan pekarangan rumah yang dilakukan oleh warga melalui kelompok wanita tani (KWT).
"Kami pergi ke Nglipar, Gunungkidul untuk studi banding cara menanam Aloe vera dan pengolahannya. Kemudian kami kembangkan menjadi cendol dawet. Kemudian suatu kali kami kuliner ke Omah Tiwul di Sukoharjo. Jadi konsepnya hanya satu rumah dengan menu aneka tiwul. Dari sana lah kami memiliki keyakinan bisa mengembangkan hal yang sama," kata Teguh saat ditemui di Kampoeng Pecel, Minggu (28/3/2021).
Didampingi dari BUM Desa Nerang Jaya serta pengurus Desa Wisata, warga Mojorejo lantas menggagas kawasan kuliner. Pecel menjadi menu andalan kuliner itu. Salah satu alasan yakni memanfaatkan sayuran yang ditanam di pekarangan rumah warga.
Baca berita menarik lainnya di Solopos.com.
Simak video pilihan berikut ini:
Hasil Gotong Royong Warga
Warga lantas gotong royong merealisasikan ide tersebut. Lahan mangkrak seluas 2.500 meter persegi milik warga dibersihkan dan ditata menjadi tempat kuliner dengan suasana alam pedesaan.
"Awalnya tidak terawat banyak rerumputannya. Kemudian kami tata dan kami manfaatkan untuk pembuatan Kampoeng Pecel," jelas Teguh.
Modal pendirian Kampoeng Pecel bersumber dari swadaya warga termasuk penataan lahan. Warga diajak gotong royong menggarap tempat kuliner tersebut termasuk menawarkan konsep investasi Rp100.000-Rp500.000 per keluarga untuk merealisasikan modal pendirian Kampoeng Pecel.
"Saat itu terkumpul hanya sedikit sekitar Rp3,6 juta. Kemudian kami membuat warung, lincak, jembatan, dan menambah sarana serta prasarana," ungkap dia.
Setelah dibuka pada September 2020, kawasan kuliner yang hanya buka saban Sabtu-Minggu itu mulai dikenal. Warga dari berbagai daerah berdatangan terutama para penggemar sepeda santai.
Jumlah pengunjungnya pun kian bertambah dari pekan ke pekan. Rata-rata, jumlah pengunjung berada pada kisaran 400 orang per hari. Puncaknya, jumlah pengunjung yang datang mencapai 700 orang. "Sempat tutup selama dua pekan setelah ada PPKM mikro. Sekarang sudah mulai buka lagi," jelas Teguh.
Teguh menuturkan pengembangan wisata di kampungnya terus dilakukan. Selain terus menata kawasan Kampoeng Pecel, warga berencana mengembangkan kampung mereka menjadi agrowisata.
Advertisement