Filipina Kirim Jet Usai 220 Kapal Tiongkok Masuk Laut China Selatan

Lebih dari 200 kapal ikan Tiongkok berkeliaran di Laut China Selatan dan menerobos Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Mar 2021, 15:04 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (tengah) menyampaikan pidato di Istana Presiden Malacanang, Manila, Kamis (12/3/2020). Duterte mengumumkan lockdown untuk Kota Manila demi mencegah penyebaran virus corona COVID-19. (Richard Madelo/Malacanang Presidential Photographers Division via AP)

Liputan6.com, Manila - Militer Filipina mengirim jet tepur ringan ke kawasan Laut China Selatan. Jet-jet tersebut terbang di atas ratusan kapal ikan China yang berkeliaran di laut sengketa.

Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, berkata jet tersebut akan memantau aktivitas kapal milik China secara harian, demikian pernyataannya pada Sabtu lalu (27/3).

Menurut laporan CNN, Senin (29/3/2021), Filipina juga berjanji akan memperkuat kehadiran maritimnya di Laut China Selatan untuk menggelar "patroli kedaulatan" dan melindungi para nelayan.

"Aset-aset udara dan laut kami siap untuk melindunga kedaulatan dan hak berdaulat kami," ujar Menhan Lorenzan.

Kedutaan Besar China di Manila tidak mau merespons langkah tersebut. Sebelumnya, mereka menyebut 200 lebih kapal ikan tersebut sedang berlindung dari lautan yang mengganas, serta membantah adanya militer di kapal tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


220 Kapal China, Ada Militer?

Dalam lawatannya ke Indonesia pada 2-3 Oktober 2013, Presiden Xi Jinping mengusulkan konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 atau 21st Century Maritime Silk Road

Pemerintah Filipina melaporkan melihat 200 lebih kapal China di Laut China Selatan. Kru dari kapal-kapal ikan tersebut diduga merupakan anggota militer.

Dilaporkan AP, Minggu (21/3), Filipina berkata ada 220 kapal China melakukan mooring di Whitsun Reef pada 7 Maret 2021. Lokasi mereka berada dekat jalur air yang menjadi sengketa internasional.

Whitsun Reef (disebut Juan Felipe di Filipina) adalah daerah terumbu karang berbentuk bumerang yang berlokasi 324 kilometer dari provinsi Palawan di Filipina. Area itu berada di zona ekonomi eksklusif Filipina.

Ratusan kapal China itu membuat resah phak Filipina karena dikhawatirkan melakukan overfishing dan kehancuran lingkungan laut, serta ada risiko keselamatan navigasi, meski ketika dipantau kapal-kapal itu tidak sedang memancing.

Kementerian Luar Negeri China Teodoro Locsin Jr. masih menunggu arahan jenderal-jenderal sebelum protes. Sementara, Kedutaan Besar China tidak memberikan komentar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya