Ahli: Efek Samping Plasma Konvalesen untuk COVID-19 Kurang dari 1 Persen

Plasma konvalesen adalah cairan darah dari penyintas COVID-19 yang mengandung antibodi yang dapat melawan virus SARS-CoV-2.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Mar 2021, 10:00 WIB
Petugas medis menunjukkan plasma konvalesen hasil donor dari penyintas COVID-19 di PMI DKI Jakarta, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 307 penyintas COVID-19 per 1 hingga 15 Januari 2021 telah mendonorkan plasma konvalesen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Plasma konvalesen adalah cairan darah dari penyintas COVID-19 yang mengandung antibodi yang dapat melawan virus SARS-CoV-2.

Plasma ini dapat didonorkan kepada penerima (resipien) yang terkena COVID-19 agar keadaanya membaik. Namun, masih ada sebagian orang yang takut menerima plasma ini karena dianggap dapat menimbulkan efek samping.

Menurut Ketua Kolegium Kedokteran Indonesia dr. Putu Moda Arsana, SpPD-KEMD, FINASIM, plasma konvalesen memiliki efek samping yang kecil jika diberikan kepada seseorang.

“Efek sampingnya kurang dari 1 persen pada ribuan atau puluhan ribu orang yang sudah diteliti di Amerika,” ujar Putu dalam seminar daring Plasmahero.id, ditulis senin (29/3/2021).

Putu juga telah melakukan penelitian terhadap 60 pasien penerima plasma konvalesen. Hasilnya, tidak ada satu orang pun yang mengeluh dan menunjukkan efek samping dari pemberian plasma tersebut.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini


Waktu yang Tepat untuk Menerima Donor

Putu juga menerangkan waktu terbaik untuk pemberian donor plasma konvalesen kepada pasien COVID-19 yang membutuhkan.

“Ini penting sekali, beberapa penelitian menunjukkan bahwa timing pemberian ini yang sangat penting sebetulnya selain kadar titer antibodi dari donor.”

“Sebaiknya plasma konvalesen diberikan sedini mungkin yaitu fase I dan fase II perjalanan penyakit.”

Perjalanan penyakit COVID-19 sendiri setidaknya ada 3 fase. Pertama, disebut dengan early infection di mana terjadi dominasi virus. Gejala yang dapat timbul adalah batuk kering, diare, dan sakit kepala.

Fase kedua disebut pulmonary phase. Di fase ini ada dua kemungkinan, yakni perbaikan dan radang menjadi semakin aktif. Fase ini ditandai dengan gejala napas menjadi pendek karena oksigen mulai turun (hypoxia).

Fase ketiga disebut hiperinflamasi. Fase ketiga ini ditandai dengan radang di berbagai organ dan tekanan darah turun.


Fungsi Donor Plasma Konvalesen

Putu juga menjelaskan, mengapa donor plasma konvalesen menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Menurutnya, ada dua fungsi donor plasma konvalesen yakni antiviral effect (antivirus) dan immunomodulatory effect.

Sebagai antivirus, plasma konvalesen yang mengandung antibodi dapat mengikat tangan-tangan virus sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh. Virus sendiri harus masuk ke dalam sel tubuh agar bisa tetap hidup, jika diselimuti antibodi maka virus tidak bisa masuk dan akhirnya mati.

Fungsi kedua, pada pasien yang sedang sakit dikeluarkan sitokin yang bisa menyebabkan peradangan. Jika sitokin dibiarkan bebas maka akan menyebabkan kerusakan jaringan. Plasma konvaselen berfungsi untuk mengikat sitokin tersebut, maka dari itu plasma ini juga berfungsi sebagai immunomodulatory.

“Meskipun virusnya sudah tidak ada tetapi kalau antibodinya masih ada dia masih bisa mengikat zat-zat jelek yang dihasilkan akibat adanya virus,” tutupnya.

 


Infografis 6 Kriteria Penyintas COVID-19 Donor Plasma Konvalesen

Infografis 6 Kriteria Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesen. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya