Terjebak Sejak Pekan Lalu, Kapal Kargo di Terusan Suez Akhirnya Berhasil Dipindahkan

Kapal kargo yang menghambat lalu lintas di Terusan Suez akhirnya berhasil dipindahkan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 29 Mar 2021, 15:38 WIB
Sebuah kapal kontainer raksasa dengan panjang empat lapangan sepak bola terjepit di Terusan Suez Mesir. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kapal kontainer besar yang terjepit di Terusan Suez sejak Selasa 23 Maret dilaporkan telah berhasil diapungkan kembali.

Video yang diposting media sosial pada hari Senin tampak memperlihatkan buritan kapal Ever Given diayunkan ke arah tepian kanal, membuka ruang di saluran tersebut. Perusahaan jasa maritim Inchcape juga melaporkan kapal itu dibebaskan. Demikian seperti mengutip BBC, Senin (29/3/2021). 

Membuka lalu lintas tersebut merupakan upaya panjang yang melibatkan kapal penarik dan kapal keruk. Kanal yang melintasi Mesir ini merupakan salah satu jalur perdagangan tersibuk.

Akibat macetnya kapal Ever Given - bagian dari armada Evergreen - berarti kapal lain harus mengubah rute di sekitar Afrika.

Setelah beberapa hari gagal membebaskan kapal tersebut, petugas kanal telah bersiap pada Minggu (28/3) untuk memindahkan sekitar 20.000 kontainer di atas kapal untuk meringankan beban.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Butuh Upaya Keras

Kapal kontainer raksasa terdampar di Terusan Suez Mesir. Foto: AFP

Para ahli sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa operasi semacam itu akan melibatkan membawa peralatan khusus, termasuk derek yang perlu direntangkan setinggi lebih dari 60m (200 kaki), dan itu akan memakan waktu hingga berminggu-minggu.

Kapal sepanjang 400m (1.300 kaki), berbobot 200.000 ton itu macet pada Selasa pagi di tengah angin kencang dan badai pasir yang memengaruhi jarak pandang. 

Perusahaan penyelamat spesialis dibawa untuk membantu mengembalikan kapal.

Sekitar 12% perdagangan global melewati kanal sepanjang 193 km (120 mil), yang menghubungkan Laut Mediterania ke Laut Merah dan menyediakan jalur laut terpendek antara Asia dan Eropa.

Sementara itu, rute alternatif yang mengitari Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, bisa memakan waktu dua minggu lebih lama.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya