Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun pada minggu lalu, atau 22-26 Maret 2021. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,5 persen dari 6.356,16 menjadi 6.195,56.
Melihat hal ini, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menyebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan investor saat hendak investasi.
"Laporan keuangan yang dirilis emiten sepanjang tahun 2020. Selain itu, nanti tidak lama, mungkin di awal Mei pertumbuhan ekonomi fiskal untuk kuartal satu," kata Budi kepada Liputan6.com, Senin (29/3/2021).
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, Budi juga menyebut pada akhir April terdapat laporan keuangan kuartal I 2021. Investor diharapkan dapat memperhatikan fundamental secara keseluruhan.
"Iya memang kalau kita bicara perubahan indeks yang relefan itu ya bicara soal fundamental," ujarnya.
Untuk mata uang, Budi menyebut, investor perlu memperhatikan pergerakan nilai tukar secara global."Masalah pergerakan rupiah mungkin juga ada pengaruhnya, tapikan bukan hanya rupiah kalau melemah, hampir semua mata uang," tuturnya.
Kapitalisasi pasar saham tergelincir 2,24 persen dari Rp 7.477,62 triliun menjadi Rp 7.309,90 triliun.Rata-rata volume transaksi harian susut 6,79 persen menjadi 15,65 miliar dari 16,79 miliar pada pekan lalu.
Rata-rata frekuensi harian turun 3,05 persen menjadi 1.102.435 kali.Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa melemah 6,66 persen menjadi Rp 10,69 triliun pada 22-26 Maret 2021 dari pekan lalu Rp 11,45 triliun.Sejumlah saham mencatatkan penurunan pada pekan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada Sesi Pertama
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham, Senin, 29 Maret 2021. Aksi beli investor asing mendukung penguatan IHSG.
Mengutip data RTI, IHSG naik 0,30 persen atau 18,43 poin ke posisi 6.214. Indeks saham LQ45 naik 0,48 persen ke posisi 943,33. Sebagian besar indeks saham acuan menguat. Sebanyak 249 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. 224 saham melemah dan 146 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.230,99 dan terendah 6.197,91. Total frekuensi perdagangan saham 605.880 kali dengan volume perdagangan saham 8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,9 triliun. Investor asing beli saham Rp 68,32 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.369.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian susut 0,79 persen, sektor saham tambang melemah 1,07 persen dan sektor saham konstruksi susut 0,65 persen.
Sementara itu, sektor saham industri dasar naik 2,25 persen, sektor saham manufaktur menguat 1,19 persen dan sektor saham barang konsumsi naik 0,71 persen.
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain saham SNLK naik 34,67 persen, saham PTIS melonjak 24,43 persen, saham YPAS naik 24,38 persen, saham LCKM mendaki 21,60 persen, dan saham DGIK melambung 18,87 persen.
Sedangkan saham-saham yang masuk top losers antara lain saham PLAN turun 10 persen, saham INPS melemah 7 persen, saham POLL tergelincir 6,98 persen, saham CBMF susut 6,94 persen, saham BNBA melemah 6,93 persen.
Saham-saham yang dibeli investor asing pada awal pekan ini antara lain saham BBRI sebanyak Rp 110,6 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 13,8 miliar, saham GGRM sebanyak Rp 13,2 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 12,2 miliar, dan saham TLKM sebanyak Rp 12,1 miliar.
Saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBTN sebesar Rp 15,9 miliar, saham ARTO sebesar Rp 12 miliar, saham BBCA sebesar Rp 12 miliar, saham JPFA sebesar Rp 8,3 miliar dan saham EMTK sebesar Rp 7,5 miliar.
Bursa saham Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng dan Kospi masing-masing turun 0,54 persen dan 0,26 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,28 persen, indeks saham Thailand mendaki 0,96 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,34 persen.
Selain itu, indeks saham Singapura melambung 0,62 persen dan indeks saham Taiwan naik 1,12 persen.
Advertisement