Liputan6.com, Jakarta - Jadi salah satu brand sepatu tersohor di dunia, Nike sukses memikat banyak orang. Namun, belakangan, produk Nike ternyata lebih sulit ditemukan di toko-toko.
Dilansir dari laman CNN, Senin (29/3/2021), hal tersebut ternyata memang disengaja. Nike menginginkan para pelanggan membeli lebih banyak sepatu, juga pakaian melalui Nike.com, aplikasinya, serta di grup pengecer yang lebih terbatas, seperti Dick's Sporting Goods dan Foot Locker.
Nike dalam beberapa tahun terakhir telah memangkas jumlah pengecer tradisional yang menjual barang-barangnya. Langkah ini selaras dengan keinginan untuk tumbuh secara langsung lewat salurannya sendiri, terutama secara online.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu memengaruhi pengecer besar dan kecil. Selain menarik diri dari beberapa toko yang dimiliki secara independen, Nike juga mengakhiri kemitraan penjualan di Amazon (AMZN) pada 2019.
Nike belum mengungkap pengecer mana yang secara khusus telah memutuskan hubungan dengan mereka. Perpindahan perusahaan dari model distribusi grosir adalah permulaan dari dekade awal Nike.
Pengecer sepatu kecil independen adalah kunci untuk menumbuhkan popularitas Nike di masa-masa awal perusahaan, ketika orang mengetahui soal rilis sepatu yang akan datang usai mengunjungi toko lokal. Namun, Nike menyebut dapat menghasilkan lebih dari dua kali lipat keuntungan dengan menjual barang melalui situs web dan toko fisiknya sendiri daripada lewat mitra grosir.
Nike dapat mengendalikan pengalaman konsumen lebih ketat dan harga saat produk dikirim langsung ke konsumen. Merek ini ingin memastikan barang dagangan mereka dipamerkan pada pelanggan dengan cara yang menarik dan mencegah produk didiskon terlalu banyak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alasan di Baliknya
Nike menghilangkan apa yang disebutnya sebagai mitra ritel "tidak berdiferensiasi," toko yang "meletakkan barang-barang Nike di rak atau situs web mereka dan berharap seseorang menemukannya," kata Sam Poser, seorang analis di Williams Trading yang menganalisa perusahaan itu.
Nike menyebut pada pengecer, "Kecuali Anda melakukan hal-hal yang meningkatkan merek, kami tidak akan menjualnya pada Anda." Pada September, Ed Shaen, pemilik Sneakin 'In, sebuah toko sepatu atletik di Bellmawr, New Jersey, menerima surat dari Nike yang mengungkap bahwa akunnya akan ditutup setelah 37 tahun.
"Saya memiliki surat yang tergantung di dinding. Tepat di sebelah piala yang diberikan Nike pada saya karena jadi dealer yang hebat pada 1992," katanya.
Shaen mengungkapkan bahwa produk Nike menghasilkan lebih dari setengah penjualannya. Berakhirnya kemitraan dengan Nike, ditambah dampak pandemi, kemungkinan akan membuatnya menutup toko pada akhir tahun ini, katanya.
"Kesetiaan saya pada Nike tidak berarti apa-apa. Sekarang semuanya tentang langsung ke konsumen," kata Shaen.
Juru bicara Nike, Sandra Carreon-John, tidak berkomentar langsung di akun Shaen, namun mengungkap dalam email bahwa perusahaan "terus mengevaluasi pasar untuk memahami cara terbaik melayani konsumen. Juga, membuat penyesuaian pada saluran penjualan sesuai kebutuhan untuk membuat pengalaman berbelanja yang konsisten, terhubung, dan modern."
Baca Juga
Jam Saku Emas Milik Kapten Kapal Titanic Seharga Rp32 Miliar Ternyata Dibeli Tiffany & Co
Taylor Swift Pakai Gaun Kristal Mini Senilai Rp70 Jutaan di Pesta Ulang Tahun ke-35, Cincinnya Bikin Penasaran
Tas Priyanka Gandhi yang Jadi Simbol Dukungan untuk Palestina Picu Kontroversi Politik di India
Advertisement