Liputan6.com, Jakarta - Pembuatan vaksin bukanlah hal yang mudah karena adanya serangkaian tahap dan pemeriksaan yang harus dilewati agar vaksin yang diproduksi aman bagi manusia. Proses produksinya pun dapat berlangsung hingga berminggu-minggu.
Menurut virolog sekaligus dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung Anita Artarini, dalam proses pembuatan vaksin AstraZeneca, genom adenovirus direkayasa dengan menyisipkan protein spike SARS-CoV-2 sehingga memperoleh DNA adenovirus yang sudah mengandung gen spike. DNA adenovirus kemudian disimpan ke bakteri E. coli.
Advertisement
“Resep ini disimpan di E. coli, diperbanyak di E. coli, kemudian diambil resepnya dan dimasukkan ke sel HEK 293,” kata Anita dalam diskusi terbatas dengan media yang diselenggarakan secara daring pada Senin (29/3/2021).
Sel HEK sendiri berperan sebagai sel inang dari virus. Anita menyebut tanpa adanya sel inang, virus tidak mungkin diperbanyak.
“Sampai saat ini hanya sel HEK 293 itu yang bisa memperbanyak adenovirus,” ujarnya.
Sel kemudian diperbanyak secara bertingkat agar tidak mati, dimasukkan di tangki bioreaktor dan dicampur dengan bibit adenovirus (virus seed) dan bahan aktif yang terbuat dari zat kimia dan bebas dari komponen hewani.
Namun, setelah dimasukkan, adenovirus tidak bisa keluar dari sel dengan sendirinya, sehingga sel HEK tersebut harus dipecah atau yang dikenal dengan proses panen dan lisis. Setelah itu dilakukan proses klarifikasi dan pemurnian untuk memastikan yang diambil dari proses panen dan lisis tersebut hanyalah adenovirus. Vaksin kemudian diisi ke wadah dan didistribusikan.
Simak Juga Video Berikut
Tidak Bisa Diburu-buru
Anita menyebut bahwa lama produksi vaksin tergantung dari jenisnya. Menurut dia, kalau dibuat menggunakan sel mamalia seperti sel HEK 293 pada vaksin AstraZeneca, untuk memperbanyak selnya saja bisa memakan waktu hingga satu minggu. Setelah itu, masih ada serangkaian proses lainnya seperti penambahan virus, pemurnian, lisis, dan pemeriksaan kualitas selama proses produksi yang jika ditotal menghabiskan waktu sekitar dua minggu.
“Kita bekerja dengan sel hidup, jadi tidak bisa diburu-buru,” kata Anita.
Anita pun memastikan setiap vaksin yang beredar di publik aman. Ia menjelaskan bahwa setiap vaksin harus melewati serangkaian tahap uji klinis yang tujuan utamanya untuk memastikan apakah vaksin tersebut aman atau tidak.
Ia juga menegaskan, efek kesehatan yang timbul pascavaksin, seperti demam, pegal, atau gatal adalah reaksi yang wajar. Hal ini merupakan tanda bahwa tubuh merespons.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement