Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Bandara Hong Kong menyelesaikan uji coba penerapan paspor kesehatan digital di Bandara Internasional Hong Kong (HKIA). Bandara Hong Kong bekerja sama dengan Bandara Internasional Los Angeles, maskapai Cathay Pacific, The Commons Project (pengembang aplikasi paspor kesehatan), serta Preneticts (penyedia tes Covid-19), dalam tahap uji coba tersebut.
Melansir laman Japan Today, Senin, 29 Maret 2021, dalam uji coba itu, awak kabin Cathay Pasific berperan sebagai penumpang dan mengikuti tes Covid-19 di pusat pengujian Bandara Internasional Hong Kong. Hasil tes selanjutnya dikirimkan kepada penumpang melalui aplikasi mobile berupa paspor kesehatan digital.
Baca Juga
Advertisement
Paspor itu lalu diserahkan kepada kru darat maskapai saat check-in. Paspor itu kembali ditunjukkan kepada staf lokal setibanya di Bandara Internasional Los Angeles, untuk divalidasi. Setelah berhasil, mereka baru diizinkan memasuki Los Angeles.
Vivian Cheung, Direktur Eksekutif Operasi Bandara HKIA mengatakan, "Seiring tes Covid-19 dan vaksinasi bertindak sebagai hal esensisial baru untuk pejalan moda transportasi udara di masa depan, solusi digital dibutuhkan untuk mengintegrasikan persyaratan baru ini secara efektif ke dalam proses travel terdigitalisasi yang sudah eksis."
Ia mengatakan proses digitalisasi itu dimulai dari laboratorium hingga proses check-in, begitu pula saat mendarat di tempat tujuan. Bandara Hong Kong sejauh ini telah bekerja sama dengan bandara-bandara penghubung utama di seluruh dunia untuk memfasilitasi adopsi solusi digital tersebut. Tujuannya untuk menanggulangi tantangan yang ditemukan di lapangan.
Tantangan tersebut meliputi laporan kesehatan yang bisa dipercaya, persyaratan masuk yang dinamis dan beragam di seluruh negara dan kawasan, antrean panjang penumpang saat pengecekan dokumen, dan tugas pengecekan yang lebih efisien untuk petugas maskapai.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Target Bandara Hong Kong
Cheung menegaskan bahwa membuka keran bepergian via jalur udara secara aman adalah prioritasnya. Pemulihan lalu lintas orang akan sulit terjadi secara berkelanjutan bila mengandalkan catatan kertas secara manual saja. Risiko kesalahan dalam memenuhi persyaratan di setiap negara sangat mungkin terjadi bila hanya merujuk data secara manual.
"Yang bisa berubah dari waktu ke waktu," imbuhnya.
Ia mengatakan akan terus bekerja dengan mitra industri, termasuk pemerintah, untuk menjadikan Bandara Hong Kong sebagai bandara pertama di dunia yang mengadopsi paspor kesehatan digital tersebut.
Sementara itu, Indonesia sampai saat ini masih mempertimbangkan memasukkan sertifikat vaksinasi sebagai syarat bepergian. Di sisi lain, WHO memperingatkan penerapan aturan itu akan memperlebar jurang kesenjangan, mengingat masih banyak warga dunia yang belum divaksinasi dengan beragam alasan. (Muhammad Thoifur)
Advertisement