Liputan6.com, Jakarta - Mengalami kenaikan laba bersih pada 2020, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menegaskan bila terdapat dua faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, salah satunya telah memiliki merek sendiri.
"Efesiensi, margin lebih meningkat, karena keberhasilan brand baru kita. Jadi kita tak perlu lagi membayar untuk merek holcim yang menghasilkan efisiensi hampir Rp700 miliar," kata Direktur Utama Semen Indonesia Hendi Prio Santoso, Senin (29/3/2021).
Selain itu, ia menyebut bila pihaknya berhasil menyisihkan cash flow yang akhirnya bisa digunakan untuk membayar utang ke bank dan memangkas bunga pinjaman.
Baca Juga
Advertisement
"Lalu kita berhasil manage cash flow kita yang dimana awalnya untuk mengantisipasi dampak buruk pandemi yakni menjaga liquiditas. Ternyata dampaknya tak separah yang kita prediksi," ujarnya.
"Jadi bisa kita gunakan untuk percepatan pembayaaran pinjaman kita lebih dari Rp5,3 triliun yang bisa menghasilkan efisiensi bunga diatas Rp900 miliar. Jadi itu dua hal utama yang mendongkrak," ia menambahkan.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode SMGR membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 16,72 persen pada 2020. Semen Indonesiamencetak laba Rp 2,79 triliun sepanjang 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,39 triliun.
Akan tetapi, pendapatan perseroan turun 12,87 persen dari Rp 40,36 triliun pada 2019 menjadi Rp 35,17 triliun pada 2020. Beban pokok pendapatan turun dari Rp 27,65 triliun pada 2019 menjadi Rp 23,55 triliun pada 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penyebab Pendapatan Turun
Sebelumnya, mengalami penurunan pendapatan pada 2020, PT Semen Indonesia Tbk menegaskan bila terjadi penurunan penjualan di pasar domestik akibat pandemi Covid-19.
"Memang di tahun 2020 turun 12,87 persen. itu disebabkan volumenya turunnya sekitar 8 persen, karena pasar domestik turun. Semua dampak dari pandemi dimana pasar domestik yang merupakan pasar utama kita," kata Direktur Keuangan Semen Indonesia Dodi Sulasmono Diniawan, Senin, 29 Maret 2021.
Senada dengan pernyatan itu, Direktur Pemasaran dan Supply Chain Semen Indonesia Adi Munandir mengatakan, penurunan penjualan dari sisi curah mengalami penurunan cukup tajam.
"Tahun 2020 memang tahun challenging untuk semen karena ada pelemahan demand. Dampak dari covid ini juga membuat realokasi anggaran banyak proyek infrastruktur harus dilakukan penjadwalan ulang, ini yang membuat penurunan demand curah 27,5 persen hampir 30 persen," ujarnya.
Pelemahan yang terjadi membuat emiten berkode SMGR ini mulai mengubah cara penjualan dan melakukan pendekatan dengan konsumen, salah satunya memperbaharui sistem digital.
"Retail juga pelemahan, ini membuat kita mengubah cara pendekatan, memperbarui sistem digital selama pandemi karena memang ada pembatasan. Meski demikian, penjualan semen secara nasional, kita masih disekitaran 11,8 persen," tuturnya.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI),pendapatan perseroan turun 12,87 persen dari Rp 40,36 triliun pada 2019 menjadi Rp 35,17 triliun pada 2020. Beban pokok pendapatan turun dari Rp 27,65 triliun pada 2019 menjadi Rp 23,55 triliun pada 2020.
Advertisement