Liputan6.com, Jakarta - PT Solusi Bangun Indonesia Tbk/SBI (SMCB) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 500 miliar pada 2021.
Presiden Direktur PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, Aulia Mulki Oemar mengatakan, dana yang digunakan sebagai belanja modal itu berasal dari kas perseroan.
"Pada tahun 2021 kami anggarkan capex sekitar Rp 500 miliar kurang sedikit. Asalnya dari internal kas perseroan,” kata dia dalam public expose, Selasa (30/3/2021).
Baca Juga
Advertisement
Pada 2021, perseroan optimistis dapat mencatatkan laba yang lebih baik dari 2020. Namun, Aulia belum bisa memastikan berapa kisaran pastinya.
"Mengenai besarannya, kami belum bisa memberikan jawaban. Kami berharap pertumbuhan kami paling tidak sama dengan pertumbuhan ekonomi indonesia,” kata Aulia.
Adapun pada 2020, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 650,98 miliar. Dari jumlah ini, 30 persen atau sekitar Rp 195,2 miliar ditetapkan sebagai dividen. Sementara 70 persen sisanya, atau sekitar Rp 455,6 miliar akan digunakan untuk mendanai kegiatan operasional perseroan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja SBI Selama Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 membayangi kinerja SBI sepanjang 2020 lalu. Peningkatan jumlah kasus positif yang berimbas pada peningkatan mitigasi pemerintah melalui berbagai upaya pembatasan pada aktivitas masyarakat, serta fokus pemerintah untuk mengalihkan pendanaan pada pencegahan COVID-19 turut mempengaruhi performa pasar semen domestik.
Penurunan konsumsi pasar semen domestik tercermin pada kinerja SBI. Hal ini seiring terjadi penurunan volume penjualan semen dan terak SBI dari 11,9 juta ton pada 2019, menjadi 10,5 juta ton pada 2020 atau sebesar 11,6 persen. Kenaikan hanya didapat dari penjualan ekspor yang melonjak dari 502 ribu ton pada tahun 2019, menjadi 1,5 juta ton pada 2020 atau sebesar 198,1 persen.
Penurunan volume juga terjadi di sektor bisnis beton jadi dari 1,5 juta m3 pada 2019 menjadi 874 ribu m3 pada tahun 2020 atau sebesar 41,8 persen, serta sektor bisnis agregat yang turun dari 2,3 juta ton menjadi 614 ribu ton pada tahun 2020 atau sebesar 73,2 persen.
Penurunan volume ini berdampak pada penurunan pendapatan dari Rp 11,1 triliun pada 2019, menjadi Rp 10,1 triliun pada 2020 atau sebesar 8,6 persen. Laba kotor naik dari Rp 2,9 triliun pada 2019, menjadi Rp3 triliun pada 2020 atau sebesar 3,4 persen. EBITDA naik dari Rp1,8 triliun pada 2019, menjadi Rp 2,5 triliun pada 2020 atau sebesar 39,5 persen.
Program-program efisiensi yang dijalankan oleh perseroan sepanjang 2020, mampu membantu menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 12,8 persen. Sehingga perseroan mampu meningkatkan laba sebelum bunga & pajak penghasilan dan akhirnya mencetak laba bersih dari Rp 499 miliar pada 2019, menjadi Rp 651 miliar pada 2020 atau sebesar 30,4 persen.
Advertisement