Liputan6.com, Jakarta- Amerika Serikat dan 13 negara lainnya menyatakan keprihatinan mereka atas laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal-usul COVID-19 yang tertunda, dan tidak memiliki akses data yang lengkap.
Pernyataan bersama itu disampaikan oleh AS dengan Australia, Kanada, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Israel, Jepang, Latvia, Lituania, Norwegia, Korea Selatan Slovenia, dan Inggris.
Advertisement
Disampaikannya pernyataan ini juga menyusul pernyataan dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang mengatakan bahwa data ditahan dari para tim peneliti yang melakukan perjalanan ke China untuk meneliti asal-usul pandemi Virus Corona COVID-19.
"Sama pentingnya bagi kami untuk menyuarakan keprihatinan bersama bahwa studi pakar internasional tentang sumber virus SARS-CoV-2 ditunda secara signifikan, dan tidak memiliki akses ke data, sampel yang lengkap dan asli," kata pernyataan bersama itu, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (31/3/2021).
Menurut salah satu peneliti, China menolak untuk memberikan data mentah tentang kasus awal COVID-19 kepada tim yang dipimpin WHO.
Hal itu pun kemungkinan mempersulit upaya untuk memahami bagaimana pandemi COVID-19 global bermula.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Mendukung Dilakukannya Studi Lebih Lanjut
Pernyataan bersama negara-negara tersebut juga mendukung studi lebih lanjut tentang hewan untuk menemukan bagaimana Virus Corona sampai ke tubuh manusia.
Mereka juga menyerukan komitmen baru dari WHO dan negara-negara anggota untuk akses, transparansi, dan ketepatan waktu.
"Sangat penting bagi para ahli independen untuk memiliki akses penuh ke semua data terkait manusia, hewan, lingkungan, penelitian, dan personel yang terlibat dalam tahap awal wabah yang relevan untuk menentukan bagaimana pandemi ini muncul," kata pernyataan itu.
Pernyataan itu menambahkan, "Menetapkan pedoman investigasi seperti itu akan membantu negara-negara mendeteksi, mempersiapkan dan menanggapi wabah di masa depan".
Advertisement