Liputan6.com, Berlin - Jerman menangguhkan penggunaan rutin vaksin Oxford-AstraZeneca COVID-19 untuk orang berusia di bawah 60 tahun karena risiko pembekuan darah yang jarang terjadi.
Regulator obat-obatan Jerman menemukan 31 kasus sejenis pembekuan darah langka di antara hampir 2,7 juta orang yang telah menerima vaksin di Jerman.
Mengutip BBC, Rabu (31/3/2021), Kanada sebelumnya menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca pada orang di bawah 55 tahun. AstraZeneca mengatakan regulator internasional telah menemukan bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya secara signifikan.
Advertisement
Dikatakan pihaknya terus menganalisis database-nya untuk memahami "apakah kasus pembekuan darah yang sangat jarang yang terkait dengan trombositopenia terjadi lebih umum daripada yang diharapkan secara alami pada populasi jutaan orang".
"Kami akan terus bekerja dengan otoritas Jerman untuk menjawab pertanyaan yang mungkin mereka miliki," tambahnya.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Penggunaan Vaksin AstraZeneca
Regulator obat UE dan Inggris sama-sama mendukung vaksin setelah penangguhan sebelumnya di Eropa bulan ini.
European Medicines Agency (EMA) dan Badan Pengatur Produk Obat & Kesehatan Inggris menekankan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca terus lebih besar daripada risiko efek samping.
Di Inggris, seorang juru bicara pemerintah mengatakan: "Vaksin Oxford / AstraZeneca aman, efektif dan telah menyelamatkan ribuan nyawa di negara ini. Seperti yang dikatakan oleh regulator independen Inggris, ketika orang dipanggil, mereka harus mendapatkan suntikan.
"Lebih dari 30 juta orang telah menerima dosis pertama vaksin mereka, dan kami berada di jalur yang tepat untuk memberikan suntikan kepada semua orang yang berusia di atas 50 tahun pada 15 April dan semua orang dewasa pada akhir Juli," jelasnya.
Produk AstraZeneca adalah salah satu vaksin virus corona yang paling banyak digunakan di negara Barat, dan dimaksudkan untuk disuplai secara nirlaba ke negara berkembang.
Peluncuran program vaksinasi UE telah terhambat oleh penundaan karena masalah pengiriman dan produksi, dan Jerman termasuk di antara beberapa negara yang sekarang mengkhawatirkan gelombang ketiga infeksi.
Advertisement