Jalan Terjal Menuju Migrasi TV Digital di Indonesia

Tantangan utama dalam proses migrasi TV digital di Indonesia, yakni banyaknya stasiun televisi. Saat ini, ada 728 stasiun televisi di Indonesia.

oleh Fajar Abrori diperbarui 31 Mar 2021, 18:00 WIB
Tantangan utama dalam proses migrasi TV digital di Indonesia, yakni banyaknya stasiun televisi. Saat ini, ada 728 stasiun televisi di Indonesia. (Liputan6.com/ Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi untuk mendukung migrasi TV analog ke TV digital atau Analog Switch Off (ASO) di Indonesia. Rencananya penutupan siaran televisi analog akan mulai diberlakukan pada 22 November 2022 mendatang.

Direktur Penyiaran Kemkominfo Geryantika Kurnia menjelaskan tantangan utama untuk mendukung migrasi TV digital di Indonesia, yakni keberadaan 728 stasiun televisi di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak di seluruh dunia sebab pada umumnya negara-negara di dunia hanya memiliki sekitar 20 stasiun televisi.

"Jadi (jumlah) itu luar biasa. Nah, ini packaging-nya pertama infrastrukturnya harus siap dulu di 34 provinsi. Yang jelas 12 provinsi sudah siap dan sekarang prosesnya seleksi di 22 provinsi," kata dia dalam webinar sosialisasi TV digital dengan tema "Dukung Migrasi TV Digital Indonesia" di Hotel Novotel Solo, Selasa, 30 Maret 2021.

Selain itu, Geryantika juga menyoroti kesiapan masyarakat untuk mendukung migrasi TV digital di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk menerapkan strategi sosialisasi tehadap migrasi TV digital, ia meminta kepada TV analog untuk melakukan sosialisasi. Pasalnya, masyarakat saat ini sehari-hari masih menikmati siaran TV analog.

"Yang paling utama adalah sosialisasi dari TV-TV analog itu yang jumlahnya 728 karena masyarakat itu sehari-hari masih melihat TV analognya. Kalau tiap hari misalnya tiga kali sehari sosialisasi di TV analog otomatis yang nonton TV-TV itu akan tahu jika sudah ada siaran TV digital,” ucapnya.

Lantas, menurut Geryantika cara lain yang bisa memengaruhi agar masyarakat melakukan perpindahan ke TV digital secara mandiri, yakni dengan cara killer content. "Kalau killer content-nya disiarin hanya digital sudah otomatis masyarakat akan dengan sukarela pindah ke siaran digital," jelasnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Butuh Kesiapan Masyarakat

Ilustrasi menonton televisi. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Sementara, itu Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari mengatakan migrasi TV digital memang sudah menjadi suatu keharusan. Hanya saja problem utama yang masih menggunakan TV analog tentu harus disediakan konverter atau set top box yang bisa untuk mengubah siaran yang dipancarkan oleh selurut televisi dengan cara digital dan bisa diterima TV analog.

“Mau tidak mau harus. Hanya seberapa persen nanti bisa diselesaikan ya itu saya kira sangat tergantung dari seluruh stakeholder yang berkaita dengan ASO ini, bisa pihak swasta, pihak pemerintah atau mungkin partisipasi masyarakat,” kata dia.

Sedangkan, Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Syafril Nasution menyatakan sangat siap dengan rencana migrasi TV digital yang ditargetkan mulai November 2022 mendatang. "Sangat siap khususnya untuk yang 12 provinsi ya yang sudah ditenderkan," ujarnya.

Meski demikian tantangan yang dihadapi saat migrasi TV digital nanti terkait bagaimana masyarakat yang belum memiliki perangkat digital itu bisa dengan cepat segera mendapatkan perangkat tersebut. Dengan cara seperti itu, nantinya masyarakat pun tetap bisa menonton siaran televisi ketika siaran televisi analog mulai ditutup.

"Diharapkan nanti saat terjadi peralihan dari TV analog ke TV digital tidak ada masyarakat yang tidak bisa menonton siaran televisi," harapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya