Liputan6.com, Pekanbaru - Bank Riau Kepri (BRK) kembali menjadi sorotan di tengah proses konversi menjadi bank syariah. Pembobolan rekening nasabah sudah beberapa kali mewarnai bank milik pemerintah daerah Riau dan Kepulauan Riau itu.
Terakhir pembobolan rekening Rp1,3 miliar oleh tersangka NH setelah mendapat password user ID dari AS. Manejemen BRK mengakui NH pernah menjadi teller dan AS merupakan head teller di Cabang Pasir Pangaraian di Kabupaten Rokan Hulu.
Baca Juga
Advertisement
Sistem keamanan di bank yang mengaku punya aset Rp30 triliun itu dipertanyakan. Dikhawatirkan hal serupa terjadi pada masa mendatang sehingga bisa berimbas kepada kepercayaan masyarakat.
Direktur Utama BRK Andi Buchari menyatakan, bank yang dikelolanya punya beberapa sistem keamanan. Salah satunya, sistem akutansi sebagai deteksi dini sehingga jika ada satu pos terbuka akan ketahuan.
"Ini soal waktu saja, setiap kejadian akan ketahuan, akan ditemukan oleh auditor," kata Andi, Rabu siang, 31 Maret 2021.
Enam bulan belakangan, Andi menyebut BRK sudah punya tim antifraud (kecurangan). Tim ini di luar auditor yang berfungsi melakukan pencegahan, investigasi, penanganan, dan penyelesaian dana nasabah.
"Penyelesaian bagaimana uang nasabah kembali, bahkan kami punya divisi hukum yang mungkin melaporkan ke penegak hukum karena ini milik pemerintah daerah, milik masyarakat," kata Andi.
Simak video pilihan berikut ini:
Fingerprint
Andi juga menyebut BRK punya early warning system yang dipadukan dengan teknologi informasi untuk mencegah pembobolan rekening nasabah. Namun, kecurangan bisa terjadi tapi hanya soal waktu.
"Soal waktu saja terungkap, kadang-kadang hanya terlewat satu minggu," jelas Andi.
Andi menambahkan, head teller di BRK saat ini tidak hanya dibekali password user ID. Namun, juga menerapkan sistem fingerprint sehingga teller harus berhubungan langsung dengan atasan untuk mencairkan dana nasabah.
"Jadi tidak secara manual lagi, kecuali atasannya mau meminjamkan jarinya," seloroh Andi.
Menurut Andi, pembobolan rekening oleh NH terjadi karena atasannya berinisial AS memberikan password user ID. Seharusnya, ini tidak terjadi karena rekening nasabah harus dijaga.
"Nasabah tidak boleh rugi, ini menjadi pembelajaran bagi segenap insan Bank Riau," kata Andi.
Manajemen BRK menyatakan kasus ini tidak berpengaruh kepada kepercayaan masyarakat. Apalagi, kasus tersebut sudah ditangani secara baik, di mana kerugian nasabah sudah diganti.
Advertisement