Pembangunan Smelter Freeport Molor Akibat Pandemi, Investor China Minat Ikutan

Di tengah seretnya pembangunan Smelter tersebut dikatakan jika sejumlah investor termasuk Tsingshan mulai melirik alternatif lain pembangunan smelter baru

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mar 2021, 19:19 WIB
Freeport Indonesia (AFP Photo)
Liputan6.com, Jakarta Rencana pembangunan smelter Freeport Indonesia molor. Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum)/Mining Industry Indonesia (MIND ID), Orias Petrus Moedak mengatakan jika keterlambatan pembangunan akibat dari dampak pandemi Covid-19. 
 
"Terkait dengan rencana smelter itu memang (molor) sekarang ini karena Covid-19 kemarin ada kelambatan dari Kurvas s memang terlihat dan sudah di periksa oleh Dirjen Minerba. Memang Karena Covid-19 kemarin," ungkap dia dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (31/3/2021).
 
Di tengah molornya pembangunan Smelter tersebut dikatakan jika sejumlah investor termasuk Tsingshan mulai melirik alternatif lain pembangunan smelter baru di sejumlah daerah Indonesia. Khususnya wilayah Halmahera.  "Dan ini kita sedang melakukan pembahasan," bebernya.
 
Sementara itu, pembangunan Smelter Freeport di Gresik dipastikan terus berlanjut. Menyusul tingginya dana investasi yang telah digelontorkan oleh investor hingga mencapai USD 300 juta.
 
"Jadi, itu memang serius tetap disana (Gresik) sampai keputusan final bahwa kita akan kemana," ucap dia menekankan.
 
 
Reporter: Sulaeman 
 
Sumber: Merdeka.com
 
 

Saksikan Video Ini


Pemerintah Beri Kapastian Ekspor Bauksit di Masa Pandemi, Pengusaha Sumringah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyetujui rekomendasi perpanjangan ekspor untuk Antam tahun ini. Untuk nikel kadar rendah sebesar 2,7 juta wet metric ton (wmt) dan bauksit tercuci 840 ribu wmt.

Masih rendahnya serapan pasar dalam negeri untuk produksi bauksit yakni baru mencapai 8 persen atau setara 3 juta ton dari total produksi bauksit dalam satu tahun yang mencapai 40 juta ton.

Hal ini mendorong pemerintah untuk terus memberikan ruang relaksasi ekspor konsentrat mineral logam bauksit hingga Juni 2023 demi menggeliatkan industri pertambangan bauksit.

Bahkan bagi perusahaan pemegang IUP Bauksit yang mendapat kuota ekspor tapi belum memenuhi progres kurva S dalam pembangunan smelter juga tetap diberi kesempatan untuk mendapat kuota ekspor karena menimbang adanya pandemi covid-19 lewat Keputusan Menteri ESDM Nomor 46.K/MEM.B/2021 Tentang pemberian rekomendasi penjualan ke luar negeri mineral logam pada masa pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19).

Rendahnya serapan pasar dalam negeri dan dukungan pemerintah terhadap industri pertambangan bauksit memberi optimisme bagi pengusaha daerah yang turut berkecimpung di bisnis jasa pertambangan bauksit lewat bendera PT Pokta Guna Tambang (PGT).

Direktur PT PGT, Andi menyambut dengan antusias dukungan pemerintah dengan penerbitan Kepmen yang memberi kepastian ekspor bauksit di masa pandemi.

Dia mengemukakan saat ini PT PGT yang merupakan kontraktor lokal Kalimantan Barat tengah menjalin kerjasama joint operation dengan PT Labai Persada Tambang (LPT) yang akan mendapat kuota ekspor sebesar 2,2 juta ton.

Adanya peluang memproduksi ore bauksit dengan sistem Joint operation di PT LPT sebesar 2,2 juta ton per tahun mendorong Andi untuk mencari peluang pendanaan dari lembaga keuangan dan perbankan dalam membiayai proyeknya.

“Adanya dukungan pemerintah yang memberi kesempatan ekspor bagi pemegang IUP Bauksit membuat kami selaku kontraktor lokal yang bekerjasama dengan pemilik IUP dapat mengusahakan pertumbuhan perusahaan daerah dan mencari peluang pendanaan," kata dikutip Selasa (30/3/2021).

"Dalam menggarap proyek di PT LPT senilai Rp 500 miliar ini setidaknya kami memerlukan pendanaan hingga Rp 150 miliar. Sampai saat ini kami sudah mendapat dukungan plafon sebesar Rp 50 miliar dari lembaga pembiayaan, kami optimis akan mendapat dukungan perbankan hingga Rp 100 miliar dalam bentuk KMK,” lanjut dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya