Liputan6.com, Paris - Presiden Emmanuel Macron pada Rabu (31/3) memerintahkan Prancis untuk melakukan lockdown nasional ketiga.
Selain itu, ia juga mengatakan sekolah-sekolah akan ditutup selama tiga minggu ke depan ketika Prancis berusaha untuk menekan kembali gelombang ketiga infeksi COVID-19.
Advertisement
Dengan jumlah pasien meninggal di Prancis mendekati 100.000, unit perawatan intensif di sejumlah daerah mengalami krisis, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (1/4/2021).
Emmanuel Macron pun terpaksa meninggalkan tujuannya untuk menjaga negara tetap bergerak melalui roda perekonomian.
"Kami akan kehilangan kendali jika kami tidak bergerak sekarang," kata presiden dalam pidato yang disiarkan televisi.
Berangkat dari janjinya untuk melindungi pendidikan dari pandemi, Macron mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga minggu setelah akhir pekan ini.
Macron telah berusaha untuk menghindari penguncian skala besar ketiga sejak awal tahun 2021.
Namun hal ini sulit dihindari karena jenis virus Corona yang lebih menular melanda Prancis dan sebagian besar Eropa.
Saksikan Video Berikut Ini:
Vaksinasi Lebih Cepat
Infeksi baru setiap hari di Prancis telah berlipat ganda sejak Februari 2021 menjadi rata-rata hampir 40.000 orang.
Jumlah pasien COVID-19 dalam perawatan intensif telah menembus angka 5.000, melebihi puncak yang dicapai selama penguncian enam minggu akhir tahun lalu.
Kapasitas tempat tidur di unit perawatan kritis (ICU) akan ditingkatkan menjadi 10.000, kata Macron.
Risiko penguncian baru memperlambat laju pemulihan ekonomi Prancis yang mengalami kemerosotan sejak tahun lalu.
Ini akan memaksa penutupan sementara 150.000 bisnis, kata kementerian keuangan.
Advertisement