Ternyata, Ini Alasan Indonesia Masih Tertinggal di Bidang Inovasi

Menciptakan sebuah inovasi yang hebat tentu membutuhkan SDM yang andal dan mumpuni di bidangnya masing-masing.

oleh Athika Rahma diperbarui 01 Apr 2021, 20:45 WIB
Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro memberi paparan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (30/3/2021). Rapat kerja tersebut membahas tentang progres kelembagaan BRIN sesuai amanat UU nomor 11 Tahun 2019 tentang Sisnas Iptek. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang PS Brodjonegoro membeberkan faktor-faktor yang membuat Indonesia tertinggal dalam urusan inovasi dibanding negara lainnya.

Dalam paparannya di acara Indonesia Digital Innovation Awards (IDIA) 2021, Bambang menyebut faktor institusi sebagai sebab pertama yang membuat inovasi Indonesia tertinggal.

"Masih banyak institusi kita yang belum mampu mendorong dan ramah terhadap terciptanya inovasi di lembaga itu sendiri," kata Bambang dalam keterangannya, Kamis (1/4/2021).

Lalu faktor kedua adalah faktor kapital dan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, menciptakan sebuah inovasi yang hebat tentu membutuhkan SDM yang andal dan mumpuni di bidangnya masing-masing.

"Selain itu, daya dukung dari tersedianya lembaga-lembaga riset juga turut membantu mengatasi kelemahan di faktor SDM ini," tambahnya.

Sedangkan yang ketiga adalah jenis bisnis di Indonesia yang masih belum sophisticated. Menurutnya, aktivitas-aktivitas bisnis yang ada masih sangat sederhana, yang mengandalkan praktis dasar jual beli atau assembling (perakitan).

"Berbeda misalnya dengan bisnis handphone, yang fitur-fitur barunya tidak akan pernah tercipta tanpa adanya inovasi dan riset yang kuat di belakangnya," papar Bambang

Bambang mengingatkan, istilah digital innovation seyogyanya harusnya tidak hanya menjadi istilah yang dilekatkan pada sebuah penganugerahan penghargaan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Masa Depan Indonesia

Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/3/2021). Rapat kerja tersebut membahas tentang progres kelembagaan BRIN sesuai amanat UU nomor 11 Tahun 2019 tentang Sisnas Iptek. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lebih dari itu, Bambang menyebut makna digital innovation kini lebih dalam lagi, yaitu sebagai masa depan Indonesia. Hal ini berkaitan dengan target pemerintah yang menginginkan agar pada tahun 2045 mendatang Indonesia telah lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah ke atas, dan beranjak menjadi negara maju dengan pendapatan rata-rata yang tinggi.

Untuk menuju ke sana jelas bukan satu hal yang mudah. Diperlukan perubahan mindset secara mendasar dari kita yang selama ini masih mengandalkan kegiatan ekonomi berbasis natural resources menjadi berbasis innovation.

"Artinya inovasi harus menjadi arus utama (mainstream) dalam setiap kegiatan ekonomi Indonesia ke depan," ujar Bambang.

Sebagai informasi, saat ini Indonesia masih berada di peringkat 85 dari daftar 165 negara yang masih dalam Global Innovation Index 2020 lalu. Peringkat tersebut cukup jauh di bawah beberapa negara tetangga, seperti Thailand (peringkat 44), Malaysia (peringkat 33) dan Singapura yang malah masuk peringkat 10 besar, tepatnya berada di peringkat 8.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya