Cerita Akhir Pekan: Serba-serbi Mendesain Musala di Rumah

Rekomendasi desainnya bisa diterapkan pada rumah yang punya ruang tersendiri maupun tidak menyediakan area khusus untuk dijadikan musala.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Apr 2021, 10:00 WIB
Rekomendasi desain musala di rumah. (dok. Mansyur Hasan/Andyrahman Architect)

Liputan6.com, Jakarta - Hitung mundur bersua Ramadan makin mendekati akhir, Anda punya persiapan khusus menyambut bulan suci yang hadir masih di masa pandemi COVID-19 ini? Mengingat berbagai keterbatasan selama masa krisis kesehatan global, sebagian besar ibadah Ramadan sepertinya masih akan lebih aman dilakukan dari rumah.

Merefleksikan semangat itu, Anda boleh jadi tengah putar otak demi menghadirkan musala di rumah. Ruangan ini, sayangnya, menurut Principal of Andyrahman Architect, Andy Rahman A, ST. IAI, sangat jarang direncanakan dalam pembangunan tempat tinggal, terlepas fakta mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim.

"Terkadang (musala dialokasikan di) ruang sisa, di bawah tangga, atau di tempat yang kurang nyaman. Alhasil, salat mungkin jadi kurang khusyuk," ungkapnya melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Kamis, 1 April 2021. Padahal, bila sudah direncanakan sejak awal, desain, termasuk arah dan ukuran, akan diatur sedemikian rupa guna menunjang fungsinya.

Soal menyediakan musala di rumah, Principle of KAD Firma Arsitektur, Benido Joy, menyebut tiga kunci utama, yakni thermal, audial, dan visual. Ia menjelaskan, saat beribadah, manusia ada dalam keadaan terkoneksi dengan Sang Pencipta.

"Oleh karena itu, ruangan beribadah seharusnya merupakan ruangan yang meminimalkan distraksi, tapi bisa jadi support system untuk lebih fokus," ungkapnya melalui pesan, Kamis, 1 April 2021.

Joy menerangkan, suhu ruang yang nyaman untuk manusia, yaitu berkisar 19--26 derajat Celcius. Bila tidak dapat memaksimalkan bukaan dan rumah kadung berada di area panas, Anda bisa menggunakan AC di musala.

Tapi, bila masih dapat memaksimalkan penghawaan alami, ia merekomendasikan untuk mendekatkan area ibadah dengan bukaan tersebut. Kemudian, dari segi audial, pilih ruangan yang membuat Anda tidak terdistraksi dengan bunyi-bunyi tidak diundang, seperti suara kendaraan, tetangga, bahkan tukang yang lewat di depan rumah.

"Dari segi visual, buat ruangan sepolos mungkin dengan warna monoton dan minim dekorasi agar menambah fokus dalam beribadah," sambungnya terkait desain musala di rumah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dekat dengan Suasana Alam

Ilustrasi taman rumah. (dok. pexels/Jonas Ferlin)

Pemilihan warna netral bagi dinding musala pun disepakati Andy. Ia menambahkan, bila sudah terlanjur tidak ada ruang untuk musala, Anda bisa memanfaatkan partisi semi permanen. "Nanti saat mau salat tinggal ditutup, setelah itu bisa dibuka," ucapnya, menambahkan bahwa ini juga bisa jadi tips bagi penghuni rumah berukuran minimalis.

Kemudian, bisa juga dengan membagi ruang secara perseptual. "Yang paling sering jadi ruang salat itu kamar tidur tamu. Karena tidak setiap hari ditempati, itu biasanya alih fungsi jadi musala," imbuh Andy.

Multifungsi ruang juga disebutkan Joy. "Bila rumah memiliki ruang keluarga dan makan yang bersatu dan cukup luas, ambil dua meter lebarnya untuk dijadikan ruang ibadah. Pilih yang paling dekat dengan kamar mandi agar akses musala lebih cepat dan lantai ruang lain tidak becek akibat kaki yang basah setelah berwudu," katanya menjelaskan.

Tapi, bila ruang keluarga tidak besar dan tidak memungkinkan untuk dibuat ruang ibadah, pergunakan taman dalam rumah. Cukup sekat ruang dengan rooster atau bata berlubang agar ruang terpisahkan dengan taman. Untuk lantai, naikanlah elevasinya dan gunakan konstruksi besi dengan finishing decking kayu atau panel beton serat kayu.

"Jadi, fungsi taman sebagai penyerap air tidak terganggu dan kebutuhan ruang ibadah tetap didapatkan," tuturnya. Untuk atap, Anda bisa menggunakan metal sheet dengan rangka besi. Tata letak ini juga disepakati Andy, menyebutkan bahwa sebisa mungkin dekatkan ruang beribadah dengan sudut bernuansa alam di rumah, seperti taman.

"(Sebaiknya musala) dekat dengan ruang terbuka, dekat dengan skylight, taman kering, atau kolam supaya lebih dekat dengan nuansa alami. Makin dipenuhi cahaya alami dan sirkulasi udara yang bagus, ruangan akan makin nyaman. Salatnya jadi nyaman. Nggak panas, nggak pengap," ucapnya.


Menjaga Fokus Beribadah

Rekomendasi desain musala di rumah. (dok. Mansyur Hasan/Andyrahman Architect)

Soal dekorasi, keduanya mengatakan bahwa sebaiknya diminimalkan demi menjaga fokus beribadah. "Bisa pakai dekorasi kaligrafi. Itu penanda sederhana, tapi efisien. Murah dan easy maintenance," kata Andy.

Bagi yang ingin sengaja menyediakan ruangan untuk dibuat musala di rumah, tutur Joy, jangan lupa meletakkan area wudu dekat dengan ruang ibadah.

Andy menyambung, desain tempat wudu ini bisa dibuat sesimpel mungkin. "Lantainya bisa pakai kerikil sehingga airnya langsung masuk ke drainase di bawahnya. Nggak becek ke mana-mana dan lebih bersih," tuturnya.

Karena ibadah tak hanya dilakukan di siang hari saat sinar matahari muncul, Andy mengingatkan pentingnya pengaturan pencahayaan di dalam musala yang bisa menciptakan suasana lebih khusyuk.

"Pakai (bohlam berwarna) warm white supaya ambience-nya lebih cozy, salat lebih enak," tandasnya.


7 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19

Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya