Liputan6.com, Jakarta - Startup pengiriman makanan berkembang pesat di Inggris berkat lonjakan permintaan selama pandemi. Melihat momentum ini, debut pasar saham Deliveroo mestinya bisa sukses besar.
Akan tetapi, IPO terbesar London sejak 2011 ini malah mengalami kejatuhan ketika perdagangan dimulai pada Rabu, 31 Maret 2021, dan saham akhirnya ditutup 26 persen di bawah harga pencatatan mereka. Sehingga menghapus hampir £ 2 miliar (USD 2,8 miliar) dari kapitalisasi pasar awal Deliveroo. Saham Deliveroo kembali anjlok 1,9 persen pada perdagangan Kamis, 1 April 2021.
Advertisement
Dilansir dari CNN, Sabtu (3/4/2021), sejumlah faktor berada di balik kegagalan, kata para ahli antara lain termasuk harga, waktu, prospek bisnis yang tidak pasti, kekhawatiran tentang bagaimana perusahaan memperlakukan pekerja dan peningkatan risiko peraturan yang dihadapi perusahaan di bidang pertunjukan.
Deliveroo telah menetapkan harga IPO pada kisaran paling bawah yang ditargetkan, meskipun bersikeras perusahaan memiliki permintaan yang sangat signifikan dari institusi di seluruh dunia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dua Kelas Pemegang Saham
Struktur kepemilikan Deliveroo mungkin juga berperan dalam minimnya minat pada perusahaan ini. Deliveroo diketahui memiliki dua kelas saham, yang memungkinkan pendirinya untuk mempertahankan kendali atas perusahaan setelah IPO.
Saham kelas ganda diperbolehkan di Bursa Efek London tetapi tidak untuk segmen premiumnya, yang menyediakan kumpulan perusahaan blue-chip yang membuat indeks seperti FTSE 100 (UKX).
Pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan untuk menghapus pembatasan itu, meskipun ada tentangan dari investor institusi besar.
Bagaimanapun, banyak perusahaan teknologi menggunakan struktur yang sama. Brent Hoberman, salah satu pendiri Founders Factory, akselerator yang membantu pertumbuhan startup, menunjuk perusahaan e-commerce The Hut Group, yang sahamnya melonjak saat IPO London September lalu, sebagai contoh.
Saham kelas ganda juga umum di Amerika Serikat dan diperbolehkan di bursa saham di Hong Kong, Singapura dan Cina. Mereka juga diizinkan di Amsterdam, yang telah melampaui London sebagai pusat perdagangan saham teratas Eropa setelah Brexit.
Advertisement