Gelar Orang Terkaya China Kembali Dipegang Miliarder Ini, Berharta Rp 921 Triliun

Kekayaan miliarder Ma Huateng lebih tinggi dari orang terkaya China sebelumnya, CEO Nongfu Spring, Zhong Shanshan.

oleh Athika Rahma diperbarui 04 Apr 2021, 21:00 WIB
Ma Huateng. (ANTHONY WALLACE / AFP)

Liputan6.com, Jakarta CEO raksasa teknologi asal China, Tencent Holdings, miliarder Ma Huateng kembali menduduki peringkat sebagai orang terkaya di China.

Saham Tencent dilaporkan naik 7 persen ke level 654 dollar Hong Kong pada Kamis (1/4/2021). Kenaikan harga saham ini membuat kekayaannya naik USD 4 miliar menjadi USD 63,4 miliar atau sekitar Rp 921 triliun (asumsi kurs Rp 14.537).

Tencent terkenal dengan aplikasi perpesanan instannya WeChat, yang memiliki lebih dari satu miliar pengguna.

Kekayaan Ma Huateng lebih tinggi dari orang terkaya China sebelumnya, CEO Nongfu Spring, Zhong Shanshan yang sebesar USD 62,9 miliar.

Per 2 Maret lalu, saham Tencent sempat turun 6,3 persen dan turun 14 persen pada 10 Februari. Kendati, perusahaan social network asal Shezhen, WeChat, mengalami pertumbuhan saham yang lebih baik daripada Nongfu Spring.

Adapun, per 24 Maret, keuntungan Tencent naik hingga 175 persen menjadi 59,3 miliar yen di tahun 2020. Pendapatannya naik 26 persen menjadi 133 miliar yen.

Sementara itu, Nongfu Spring justru mengalami kontraksi pendapatan 4,8 persen menjadi 22,9 miliar yen tahun 2020. Profitnya sendiri naik 6,3 persen menjadi 5,3 miliar yen.

Saksikan Video Ini


Regulasi Diperketat, Miliarder Rokok Elektrik China Kehilangan Setengah Harta

Ilustrasi Miliarder. Unsplash/freestocks
Miliarder Kate Wang adalah pendiri perusahaan produsen rokok elektrik, RLX Technology yang berbasis di China. Pasar China yang menjanjikan membuat bisnisnya moncer dan kekayaan terus meroket.
 
Sayangnya kondisi ini mulai berubah kala pemerintah China belum lama ini merilis aturan ketat perdagangan rokok elektrik. 
 
Dikutip dari Forbes, Kamis (25/3/2021) kekayaan Wang mendadak tergerus lebih dari 40 persen, dari USD 6 miliar atau setara Rp 86,6 triliun menjadi hanya USD 3,4 miliar sekitar Rp 49,1 triliun. Ini setelah harga saham RLX anjlok lebih dari 40 persen pada perdagangan saham. 
 
Sebelumnya, pemerintahan Xi Jinping melalui Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi bersama Lembaga Administrasi Monopoli Tembakau China, merilis secara online rencana revisi aturan perdagangan tembakau di China.
 
Dalam klausul yang akan ditambahkan itu akan mengklasifikasikan rokok elektrik sebagai bagian dari produk tembakau. Aturan ini akan memperketat pengawasan terhadap industri yang sedang berkembang ini.
 
"Revisi tersebut akan memperjelas dasar hukum untuk pengawasan dan administrasi rokok elektrik dan produk tembakau jenis baru lainnya. Ini akan dikoordinasikan dengan Undang-Undang Republik Rakyat China tentang Perlindungan Anak di Bawah Umur serta undang-undang dan peraturan lainnya," sebagaimana keterangan dalam dokumen yang dirilis pemerintah, dikutip dari Global Times.
 
Karena aturan baru itu, kerugian bukan hanya ditanggung Wang. Anjloknya harga sama RLX juga membuat kekayaan pendiri RLX lainnya ikut tergerus.
 
David Jiang yang juga salah satu dari tujuh pendiri perusahaan ini mengalami penurunan kekayaan, nilainya turun dari USD 2,8 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun menjadi USD 1,6 miliar atau setara Rp 23 triliun.
 
Begitupun Yilong Wen yang kekayaannya ikut turun dari USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 26 triliun menjadi USD 1 miliar sekitar Rp 14,4 triliun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya