Bos BI Target Perdagangan Digital Tembus Jadi Rp 337 Triliun di 2021

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Apr 2021, 10:23 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membuka Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia. Festival tersebut dalam rangka mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan di Indonesia.

Festival ini bekerja sama dengan 16 Kementerian Lembaga, 14 industri perbankan, e-commerce, uang elektronik dan payment gateway. Acara yang berlangsung 5 hari tersebut juga diikuti oleh 5 asosiasi.

Perry berharap dengan adanya festival ini mampu meningkatkan kinerja keuangan digital Indonesia. Salah satunya untuk perdagangan digital atau e-commerce sebesar Rp 337 triliun atau tumbuh 33 persen dari tahun lalu.

"Langkah sinergi kuat ini, diharapkan bisa mendorong perkembangan digital ekonomi dan keuangan di Indonesia semakin kuat. Insyaallah e-commerce akan naik dari Rp 253 triliun jadi Rp 337 triliun atau tumbuh 33 persen," ujarnya, Senin (5/4/2021).

Perry juga menargetkan, uang elektronik bisa naik antara Rp 201 triliun pada 2020 ke Rp 266 triliun atau tumbuh 32 persen pada 202.

Sementara digital banking naik juga dari Rp 27.000 triliun pada 2020 tumbuh 19 persen menjadi Rp 32.200 triliun.

"Bank Indonesia berkomitmen mendukung upaya-upaya bersama dalam akselerasi digitalisasi ekonomi keuangan. Kami terus melakukan langkah percepatan digitalisasi di bidang sistem pembayaran," jelasnya.

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Ini


4 Fokus OJK Dukung Digitalisasi Keuangan

Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan roadmap digitalisasi keuangan. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, sektor keuangan mau tidak mau harus masuk ke ranah digital jika tidak ingin terkena disrupsi.

Menurutnya, terdapat 4 fokus OJK dalam menyusun roadmap digitalisasi keuangan ini. Pertama, menjaga stabilitas sektor keuangan.

"Kami sangat concern bagaimana perkembangan produk digital, baik di keuangan maupun non keuangan, ini sangat kami amati dan concern,bagaimana masyarakat terlindungi kebutuhannya dan mendapat benefit paling banyak dalam mengakuisisi produk digital ini," katanya dalam pembukaan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan launching P2DD, Senin (5/4/2021).

Kemudian yang kedua, OJK juga memperhatikan bagaimana pengembangan keuangan digital dapat memberi kontribusi dan memberdayakan masyarakat itu sendiri.

"Agar masyarakat bisa mendapat keuntungan maksimal dengan adanya digitalisasi ini, dalam koridor stabilitas keuangan tetap terjaga," tuturnya.

Ketiga, OJK juga ingin agar keuangan digital dapat terjangkau masyarakat luas termasuk di daerah terpencil. Produk keuangan harus inklusif dan bisa didapatkan siapa saja.

"Keempat, digitalisasi ini harus berada dalam koridor environment standard. Kita harus comply terhadap ESG, ini sangat penting karena seluruh dunia juga concern terhadap hal ini," kata Wimboh.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya