Liputan6.com, Jakarta Dokter Dyah Novita Anggraini dari Klikdokter mengatakan bahwa migrain dalam kondisi kronis dapat menyebabkan disabilitas.
Ia menggarisbawahi, disabilitas yang dimaksud bukanlah merujuk kepada kondisi difabel pada umumnya, melainkan ketidakmampuan untuk beraktivitas normal.
Advertisement
“Jadi ada beberapa aktivitas yang biasa dilakukan dan pas migrain jadi nggak bisa dilakukan. Karena saat migrain kan sakit banget kepalanya,” jelas tenaga medis yang akrab disapa dr. Vita mengutip Klikdokter, Senin (5/4/2021).
Ia memberi contoh, jika biasanya seseorang mampu bekerja normal sehari-hari, maka karena migrain dia menjadi tidak bisa melakukan apapun.
Saat ini terdapat alat ukur untuk mengetahui disabilitas akibat migrain pada seseorang. Tes untuk mengukur disabilitas migrain dikenal dengan nama Migraine Disability Assessment (MIDAS).
Tes tersebut berupa kuesioner yang membantu mengukur seberapa besar dampak migrain terhadap kehidupan seseorang. Misalnya, “Berapa hari dalam 3 bulan terakhir Anda absen bekerja atau sekolah karena sakit kepala?”
Skor kuesioner dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:
-Tidak ada disabilitas, skor 0-5
-Disabilitas ringan, skor 6-10
-Disabilitas sedang, skor 11-20
-Disabilitas parah, 21+
Menurut Vita, tingkat keparahan migrain bisa dipicu karena beberapa faktor, seperti stres, perubahan hormon saat menstruasi, kurang tidur, beban pikiran, dan perubahan cuaca.
Simak Video Berikut Ini
Meredakan Migrain
Vita menjelaskan, kondisi migrain sering dikenal sebagai sakit kepala sebelah. Migrain umumnya menimbulkan rasa nyeri berdenyut yang parah di satu sisi kepala. Tak hanya itu, kadang migrain juga disertai muntah, mual, dan kepekaan ekstrem terhadap suara dan cahaya.
Migrain bisa berlangsung selama beberapa jam, bahkan berhari-hari. Rasa sakit atau nyeri yang ditimbulkan oleh migrain beragam. Nyeri migrain bisa ringan hingga parah sampai mengganggu kegiatan sehari-hari.
Vita juga mengatakan bahwa migrain tidak dapat disembuhkan. Namun, frekuensi serta nyeri kepala akibat migrain bisa dikontrol menjadi lebih jarang dan ringan. Berikut cara meredakan dan mengontrol migrain.
“Pertama, Anda bisa konsumsi obat analgesik awal seperti Paracetamol atau ibuprofen.”
Apabila migrain tidak mereda, pilih obat yang mengandung triptan dengan resep dokter, katanya. Jika migrain tidak kunjung reda juga, pasien harus periksa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
“Untuk mencegah migrain, Anda bisa mengenali pemicunya seperti stres atau makanan tertentu. Mengenali pemicu akan mengurangi risiko migrain kambuh,” tutupnya.
Advertisement