Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham emiten konstruksi BUMN kompak melemah pada perdagangan saham sesi pertama Senin, (5/4/2021).
Saham emiten terutama BUMN Karya turun pasca-Eks Menteri BUMN Dahlan Iskan berkomentar mengenai kinerja sejumlah BUMN Karya yang merosot, di tengah gencarnya proyek infrastruktur.
Advertisement
Sejumlah saham emiten BUMN Karya pun susut pada perdagangan sesi pertama antara lain, saham PT PP Tbk turun 6,91 persen ke posisi Rp 1.280 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 5.317 kali dengan nilai transaksi Rp 43,9 miliar.
Selain itu, saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) susut 6,64 persen ke posisi Rp 1.055 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 10.618 kali dengan nilai transaksi Rp 91,4 miliar.
Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merosot 6,84 persen ke posisi Rp 1.430 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 6.375 kali dengan nilai transaksi Rp 50,6 miliar.
Saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) merosot 6,25 persen ke posisi Rp 1.050 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 2.631 kali dengan nilai transaksi Rp 15 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kata Analis
Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi menilai sorotan Dahlan Iskan ini sejalan dengan kinerja laporan keuangan emiten BUMN karya 2020 yang masih tertekan.
"Memang jika dilihat dari kinerja laporan keuangan emiten karya 2020 sangat tidak memuaskan. Pendapatan menurun drastis dan tidak mampu membiayai beban operasional ataupun keuangan yang akhirnya membuat laba bersih turun signifikan hingga beberapa emiten karya merugi,” kata dia kepada Liputan6.com, Senin (5/4/2021).
Di sisi lain, jumlah kas yang dimiliki juga menurun. Hal ini disebut dapat meningkatkan kekhawatiran gagal bayar utang-utang emiten karya yang cukup besar.
"Sorotan tersebut tentu direspons oleh investor dan menurunkan kepercayaan investor terhadap emiten karya tersebut,” kata Lanjar.
Secara fundamental, Lanjar mengatakan emiten BUMN Karya memang mendapat sentimen negatif dari pandemi COVID-19. Dengan kebijakan menjaga jarak hingga PSBB sempat membuat proyek-proyek emiten karya terhenti sehingga tidak dapat mencapai target pembangunannya.
"Secara prospek kalau menurut saya emiten karya akan berpegang pada kesuksesan pembentukan lembaga pengelolaan investasi yang dimana dengan berjalannya SWF indonesia yang di gadang-gadang dapat membiayai sebagian proyek emiten karya dan mengurangi sebagian penggunaan hutan," ujar dia.
Sementara itu, Analis PT Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menuturkan, kinerja emiten BUMN Karya seharusnya lebih baik pada 2021. Hal ini didukung ada program vaksinasi COVID-19 yang sudah berjalan sehingga pengerjaan proyek kembali dijalankan.
Selain itu, lembaga pengelola investasi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) yang sudah dibentuk diharapkan juga mendukung kinerja emiten BUMN Karya.
Saat ditanya mengenai ada dugaan bunga obligasi membebani kinerja keuangan emiten BUMN Karya, Sukarno menilai, kemungkinan masalah tetap sama. Akan tetapi, jika proyek cepat selesai sehingga dapat diakui sebagai pendapatan. “Posisi laba ruginya akan jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Karena tahun kemarin tersendat karena pandemi COVID-19 juga,” tutur dia.
Advertisement