8 Perkembangan Terkini Banjir Bandang di Flores Timur NTT

Banjir bandang terjadi Minggu dini hari, 4 April 2021 di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 05 Apr 2021, 22:10 WIB
Banjir bandang dan longsor terjang Adonara-Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. (Liputan6.com/ Dionisius Wilibardus)

Liputan6.com, Jakarta - Banjir bandang terjadi Minggu dini hari, 4 April 2021 di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Banjir bandang yang disertai hujan lebat dan angin kencang itu menerjang tiga kecamatan di Pulau Adonara, Flores Timur.

Ketiganya adalah Kecamatan Ile Boleng dengan titik bencana di desa Lamanele, Kecamatan Adonara Timur dengan titik bencana di desa Waiburak, dan kelurahan Waiwerang serta desa Oyangbarang di Kecamatan Wotan Ulumado.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sekitar 256 jiwa mengungsi akibat banjir bandang disertai tanah longsor itu.

Dijelaskan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, setidaknya 44 orang meninggal dunia dan 24 orang lainnya masih dinyatakan hilang, sedangkan warga yang luka-luka, telah mendapatkan perawatan medis.

"Akibat bencana alam ini pula, total 15 orang mengalami luka-luka, 70 orang hilang, dan 938 kepala keluarga atau 2.655 jiwa terdampak," papar Raditya Jati, Senin (5/4/2021).

Berikut sederet fakta terkini terkait banjir bandang yang landa Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Warga Adonara Bikin Jembatan Darurat

Bencana di NTT (Sumber: Twitter/bananauyu_97/lempeeerrrr)

Camat Adonara Timur Damianus Wuran mengatakan, warganya yang bermukim di Waiwerang dan sekitarnya secara bergotong-royong membangun jembatan darurat untuk mendukung proses evakuasi korban banjir bandang di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal itu dilakukan semata untuk mendukung proses evakuasi korban banjir bandang yang terjadi di daerah itu pada Minggu dini hari, 4 April 2021.

"Jembatan darurat yang dibangun warga ini telah mempermudah evakuasi korban meninggal yang ditemukan untuk sementara ini sebanyak tiga orang," kata Damianus seperti dikutip dari Antara, Minggu, 4 April 2021.

Damianus mengatakan, jembatan darurat itu dibangun para warga sekitar setelah akses jembatan utama yang menghubungkan wilayah Waiwerang dengan Waiburak terputus total akibat diterjang banjir bandang yang berisi aliran lumpur dan membawa serta kayu juga batuan besar.

Damianus menambahkan, menurut data dimilikinya, jumlah korban yang teridentifikasi akibat bencana ini adalah enam orang. Tiga orang ditemukan meninggal dan tiga lainnya masih dalam proses pencarian.

"Upaya pencarian dan evakuasi korban saat ini terus berlangsung dengan mengandalkan tenaga manusia baik dari pemerintah daerah bersama warga," ucap Damianus.

Damianus mengungkap, saat ini belum ada dukungan alat berat untuk membantu pencarian karena persediaan alat tersebut masih terbatas dan diprioritaskan pada titik lain di Pulau Adonara yang juga mengalami bencana banjir serupa, seperti di Desa Nele Lamadike, Kecamatan Ile Boleng.

"Jadi kita masih sesuaikan kondisi yang ada di lapangan meskipun memang pencarian korban sangat sulit pada area timbunan lumpur," ucap dia.

 


Cuaca Ekstrem, Relawan Kesulitan Menuju Lokasi

Rumah rusak berat akibat banjir bandang. Foto Istimewah

Akibat cuaca ekstrem, kapal penyeberangan dari dan ke Pelabuhan Larantuka, NTT, belum diizinkan berlayar.

Hanya saja, siang ini, Senin (5/4/2021), sudah ada kapal yang berlayar untuk jarak dekat, meski belum menyentuh lokasi banjir bandang.

Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Flores, Timur Nusa Tenggara Timur (NTT), 4 hari belakangan membuat semua pelayaran dihentikan sementara. Hal ini dilakukan, karena kondisi gelombang yang cukup tinggi.

Oleh karena itu, hingga saat ini, belum ada penyeberangan kapal motor ke lokasi banjir bandang di Pulau Adonara.

Relawan dan petugas yang akan membantu di lokasi bencana banjir bandang, terpaksa menumpang kapal menuju pelabuhan terdekat, lalu melakukan perjalanan darat menuju lokasi bencana, yang memakan waktu 2 jam.

Roy R.G, warga Adonara ditemui Liputan6.com, Senin (5/4/2021) di Pelabuhan Larantuka mengatakan belum ada informasi resmi terkait dibukanya pelayaran dari dan menuju pelabuhan Larantuka.

"Hal ini cukup menghambat pergerakan tim yang akan membantu di lokasi bencana,"ungkapnya.

Ia juga mengatakan saat ini penyeberangan menggunakan kapal motor ke dua pulau di Kabupaten Flores Timur seperti Pulau Adonara dan Solor dan ke Kabupaten Lembata dihentikan oleh pemerintah disebabkan faktor cuaca buruk.

"Saat ini kapal hanya bisa berlayar menuju Pelabuhan Tobilota, sedangkan di pelabuhan Waiwerang menuju lokasi bencana ditutup," sebutnya.

Dia mengatakan para relawan yang ingin membantu korban bencana banjir bandang menggunakan kapal motor harus berjibaku. Hal ini mengingat, selain menggunakan perahu motor, mereka juga harus menempuh jalur darat yang cukup panjang.

"Iya kalau kita turun di Pelabuhan Tobilota ke lokasi bencana banjir bandang sangat jauh, dan saat ini jalur yang akan ditempuh menuju lokasi bencana, banyak jalan yang putus akibat longsor dan banjir bandang," tegas Roy.

Lebih lanjut, ia mengatakan sudah 3 hari ini kapal motor belum bisa jalan sebab masih dilarang berlayar oleh pemerintah dalam hal ini otoritas pelabuhan terkait faktor cuaca buruk.

 


Terjang 4 Kecamatan, 10 Jalan Rusak

Banjir bandang di Flores Timur, Minggu (4/4/2021). (dok BNPB)

Banjir bandang disertai hujan lebat dan angin kencang menerjang empat kecamatan di pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Empat kecamatan tersebut di antaranya Kecamatan Ile Boleng dengan titik bencana di desa Lamanele, Kecamatan Adonara Timur dengan titik bencana di desa Waiburak, dan kelurahan Waiwerang serta desa Oyangbarang di Kecamatan Wotan Ulumado.

"Ada tiga kecamatan yang kena dampak banjir dan longsor yakni Ile Boleng dan Adonara Timur. Total untuk sementara 44 orang meninggal, 9 luka-luka, 7 orang hilang, 49 KK kena dampak," ucap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur Alfons Hadan Betan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian mengatakan, pemerintah akan segera melakukan penanganan darurat untuk kerusakan infrastruktur akibat banjir bandang tersebut.

"Akan dilakukan penanganan darurat sesuai kondisi. Saat ini NTT masih hujan deras," kata Hedy kepada Liputan6.com, Senin (5/4/2021).

Menurut data yang diberikannya, ada 10 ruas jalan nasional, termasuk jembatan yang terkena status bencana akibat banjir bandang dan longsor di NTT dan NTB.

Berikut daftarnya:

Nusa Tenggara Timur

1. Ruas jalan nasional Tarmana-Lantoka–Maritaing (Pulau Alor) a. Jembatan Tarmana 2, putus opritb. Jembatan kobra Oprit, tergerusc. Jembatan Benlelang Oprit, tergerusd. Jembatan Naumang 2 Oprit, tergerus

2. Ruas jalan nasional Batas Kota waikabubak–Sumba Timur (Pulau Sumba)a. Badan jalan Km. 96 + 350, tergerus

3. Ruas Jalan nasional Labuan Bajo–Malwatar (Pulau Flores)a. Jembatan Wae Longge pilar tergerus pondasi sumuran sudah tergantung 1,5 meter, abutmen 1 sisi sudah tergerus

4. Ruas Jalan Propinsi Halilulik–Besikama ( Pulau Timor)a. Jembatan Benenain, roboh dan putus

5. Dalam Kota Atambua (Pulau Timor)a. Akses Kenualain–Dafala, Jembatan Fatubenao, terendam banjir

6. Ruas Jalan Provinsi menghubungkan Kabupaten TTS dan kabupaten Malaka (Pulau Timor )a. Jembatan Kaputu putus

7. Ruas Jalan Provinsi Belakang bandara Umbumehang (Pulau sumba)a. Jembatan Kambaniru, putus dan roboh.

Nusa Tenggara Barat

1. Batas kota Dompu–Sila–Talabiu–Batas Kota Bima–Raba–Sape–Dalam Kota Bima

a. Ruas jalan Batas kota Dompu, genangan l Km. 38+530 sekitar 200 meter

b. Ruas jalan Sila–Talabiu, sekitar jembatan Godo VI , genangan sepanjang 400 meter

c. Ruas jalan Talabiu–Batas kota Bima, genangan sepanjang 100 meter tepatnya di desa Amahami

 


PLN Masih Hitung Gardu Listrik yang Terdampak

Pasca Banjir Bandang NTT, foto @cadhy_

Dilansir akun Instagram resmi PLN UIW NTT @pln_ntt, Senin (5/4/2021), hingga saat ini, PLN belum dapat menghitung berapa banyak gardu yang terdampak banjir dan longsor, khususnya di Flores Timur.

“Petugas kami terus bersiaga untuk mengamankan aliran listrik khususnya di lokasi terdampak banjir atau longsor. Ini kami lakukan demi keselamatan warga,” kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, Agustinus Jatmiko.

Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam siaran persnya mendeteksi adanya Bibit Siklon Tropis 99S di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kondisi ini menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang di hampir seluruh wilayah NTT dalam beberapa hari ke depan.

PLN menghimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap bahaya kelistrikan ketika musim hujan dan terjadi banjir. Apabila air mulai masuk ke rumah, warga secara mandiri dapat mematikan listrik dari Mini Circuit Breaker (MCB) pada kWh meter. Selanjutnya warga bisa menghubungi PLN melalui aplikasi PLN Mobile.

Sementara sebelumnya di kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) yang lebih dulu terkena banjir bandang, PLN telah memulihkan gangguan sistem listrik di Bima.

Berdasarkan keterangan resmi dari akun Instagram PLN UIW NTB @pln.ntb, update per 4 April 2021 pukul 20.15 WITA, sebanyak 54 gardu distribusi dan 7500 pelanggan telah memperoleh aliran listrik PLN.

 


256 Jiwa Mengungsi

Warga membawa seorang pria yang terluka saat banjir di Ile Ape, di Pulau Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/5/2021). Bencana banjir bandang telah menewaskan lebih dari 70 orang dan puluhan hilang serta membuat ribuan orang mengungsi. (AP Photo/Ricko Wawo)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata sekitar 256 jiwa mengungsi akibat banjir bandang disertai tanah longsor di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (5/4/2021).

"Perkembangan terkini bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Flores Timur pada Senin pukul 05.00 WIB, data sementara mencatat 256 jiwa warga mengungsi di Balai Desa Nelemawangi dan sejumlah warga lainnya mengungsi di Balai Desa Nelelamadike," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya di Jakarta.

Raditya menjelaskan lebih lanjut, jumlah pengungsi terkini masih dalam pendataan petugas di lapangan.

Desa yang terdampak akibat banjir bandang bertambah menjadi delapan, yang tersebar di empat kecamatan. Kedelapan desa tersebut yaitu Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).

Sedangkan kerugian materil sementara tercatat rumah hanyut sebanyak 17 unit, terendam lumpur 60 unit, dan lima jembatan putus.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat masih terus mendata dan memverifikasi dampak korban maupun kerusakan infrastruktur.

"Beberapa kendala dihadapi dalam mendukung upaya penanganan darurat. BPBD Kabupaten Flores Timur menginformasikan akses utama melalui penyeberangan laut, sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal. Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat," kata Raditya.

 


68 Orang Meninggal, 70 Hilang, dan Ribuan Jiwa Terdampak

Warga memeriksa kerusakan di desa yang terkena banjir di Ile Ape, di Pulau Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/5/2021). Cuaca ekstrem yang mengakibatkan banjir bandang disertai hujan lebat dan angin kencang menerjang sejumlah kawasan di NTT dan NTB. (AP Photo/Ricko Wawo)

Raditya Jati mengatakan, mengatakan 68 korban jiwa akibat banjir bandang tersebar di empat kabupaten di NTT.

"Korban jiwa saat ini terdata 68 orang meninggal dunia dan angka ini masih sangat dinamis karena masih berlangsung pendataan di lapangan," ucap Raditya.

Sebaran korban jiwa dari bencana banjir bandang dan bencana lainnya yaitu; Kabupaten Flores Timur 44 orang meninggal dunia, Kabupaten Lembata 11 orang meninggal dunia, Kabupaten Ende 2 orang meninggal dunia, dan Kabupaten Alor 11 orang meninggal dunia.

Menurut Raditya Jati, akibat bencana alam ini pula, total 15 orang mengalami luka-luka, 70 orang hilang, dan 938 kepala keluarga atau 2.655 jiwa terdampak.

Raditya juga menyampaikan, kerugian materil dari bencana banjir bandang dan bencana lainnya di NTT yaitu, 25 unit rumah rusak berat, 114 unit rumah rusak sedang, dan 17 unit rumah hanyut.

"Kemudian 60 unit rumah terendam, 743 unit rumah terdampak, 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, 5 jembatan putus, 1 unit fasum terdampak, dan 1 unit kapal tenggelam," papar dia.

 


Bantuan Logistik Mulai Dikirimkan

Korban banjir menerima perawatan medis di sebuah rumah sakit di Pulau Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/5/2021). Bencana banjir bandang telah menewaskan lebih dari 70 orang dan puluhan hilang serta membuat ribuan orang mengungsi. (AP Photo/Ricko Wawo)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kedeputian Bidang Logistik dan Peralatan mengirimkan bantuan untuk warga terdampak banjir bandang dan longsor di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Bantuan untuk korban banjir bandang itu dibawa bersama rombongan Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo yang bertolak ke Flores Timur pada Senin pagi (5/4/2021). Sisanya dikirimkan secara bertahap pada hari yang sama menggunakan ekspedisi udara.

“Bersama dengan pesawat juga ada barang-barang logistik yang dibutuhkan seperti selimut, makanan siap saji hingga obat-obatan,” jelas Doni.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menyebutkan rincian jenis bantuan yang dikirimkan berupa makanan siap saji sebanyak 1.002 paket, makanan tambahan gizi 1.002 paket, makanan lauk pauk 1.002 paket, selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, alat tes cepat antigen 10.000 unit, masker kain 1.000 lembar dan masker medis 1.000 lembar.

Tak hanya BNPB, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam serta turut berbelasungkawa atas korban bencana alam banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sebagai wujud kepedulian kemanusiaan, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menginstruksikan Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Timur (Lotim) mengirim sejumlah bantuan logistik untuk para pengungsi yang menjadi korban banjir bandang di NTT dan NTB.

"Kita sudah instruksikan agar BLK Lotim segera mengirim bantuan logistik bagi korban bencana banjir bandang dan longsor, termasuk di kawasan Pulau Adonara, Flores Timur," ujar Menaker Ida Fauziyah, Senin (5/4/2021).

Menaker Ida juga telah menginstruksikan BLK Lotim berkoordinasi dengan pemda dan pihak terkait di lokasi, agar bantuan logistik secepatnya dapat disalurkan, terutama kepada korban banjir yang berada di daerah pelosok yang sulit terjangkau.

Kepala BLK Lotim, Sabar, mengatakan bahwa pihaknya akan segera mengirimkan bantuan logistik kepada korban bencana di kawasan Pulau Adonara, Flotim.

Di sekitar lokasi bencana, BLK Lotim juga akan mendirikan posko dapur umum bersama Satgas Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Flotim, yang digunakan untuk membuat makanan siap bagi para pengungsi di sana.

"Semoga bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan dapat segera tiba di lokasi dengan selamat dan bisa disalurkan kepada korban bencana alam ini," katanya.

Tak hanya itu, Sabar juga menyampaikan pihaknya akan memberikan juga bantuan bagi masyarakat di sekitar Bima, NTB, yang juga menjadi korban bencana alam banjir bandang.

 


Penyebab Banjir Bandang dan Longsor dari PVMBG

Sebuah kendaraan rusak terendam air banjir setelah banjir bandang di Ile Ape, di Pulau Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/5/2021). NTT diterjang banjir bandang dan tanah longsor pada Minggu dini hari, 4 April 2021, sekitar pukul 01.00 WITA. (AP Photo/Ricko Wawo)

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menerbitkan analisa kejadian gerakan tanah yang memicu longsor parah di Adonara Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani mengatakan, secara umum penyebab gerakan tanah diperkirakan adalah curah hujan yang tinggi sebelum dan pada saat terjadinya bencana. Andiani menyebut, kemiringan lereng yang curam juga mengakibatkan batuan yang bersifat lepas mudah bergerak.

"Tanah pelapukan dan batuan penyusun berupa produk gunung api yang bersifat lepas dan mudah luruh jika terkena air. Kemiringan lereng yang curam dan kondisi tanah pelapukan yang labil dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi," ujar Andiani, Senin (5/4/2021).

Andiani menuturkan dampak kejadian pada Minggu, 4 April 2021 pukul 01.00 Wita saat terjadi hujan deras, banjir bandang dan longsor mengakibatkan 23 orang meninggal dunia dan 9 orang luka-luka.

Selain itu 2 orang dinyatakan hilang, 49 kepala keluarga (KK) terdampak. Dilaporkan pula kurang lebih 100 orang diduga masih tertimbun di Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Adonara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Puluhan rumah warga tertimbun lumpur di Desa Lamanele, Kecamatan Ile Boleng. Jembatan putus di Desa Waiburak Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Adonara, Provinsi Nusa Tenggara Timur," kata Andiani.

Adiani menuturkan sehari sebelum kejadian di Nusa Tenggara Timur, tepatnya 3 April 3021 turun hujan intensitas gerimis hingga deras berdurasi 12 jam berakibat gerakan tanah tanah.

Gerakan tanah juga terjadi di tebing yang berada di kaki Gunung Slamet mengakibatkan 1 rumah rusak dan 4 rumah terancam tertimbun longsor di Desa Wotgalih RT 03 RW 03 Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.

"Prakiraan wilayah potensi terjadinya gerakan tanah di Indonesia pada bulan April 2021 dibandingkan Maret 2021, potensinya mulai memasuki masa transisi atau peralihan tahunan terkait penurunan potensi ancaman gerakan tanah tanah khususnya di wilayah Jawa serta sebagian besar wilayah Sumatera," sebut Andiani.

Andiani mengungkapkan beberapa wilayah yang masih berpotensi tinggi meliputi Wilayah Aceh di Sumatera, Kalimantan bagian Tengah-Utara, Sulawesi Bagian Tengah, Gorontalo, Papua, Maluku seperti Pulau Buru, Maluku Utara bagian Timur serta sebagian wilayah Nusa Tenggara.

Andiani mengingatkan meski adanya penurunan intensitas gerakan tanah, seluruh kelompok masyarakat harus tetap perlu meningkatkan kewaspadaan tinggi di masa peralihan ini terutama pada saat turun hujan di wilayah di pegunungan, perbukitan, jalur jalan, dan seputaran bantaran sungai.

 

(Syauyiid Alamsyah)


Banjir Bandang dan Longsor di Sulsel

Infografis Banjir Bandang dan Longsor di Sulsel. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya