Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan, sebanyak 23 perusahaan startup asal Indonesia akan tampil di Hannover Messe 2021. Sejumlah perusahaan rintisan itu jadi bagian dari 156 peserta yang ikut dalam festival teknologi skala internasional yang digelar pada 12-14 April 2021.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko SA Cahyanto, mengklaim Hannover Messe 2021 sebagai perhelatan global yang sangat menjanjikan bagi 23 startup tersebut.
Advertisement
Eko mengatakan, tujuan pemerintah mengirimkan mereka ke sana agar bisa mendapatkan pangsa pasar internasional sekaligus menggaet investor asing berskala besar.
"Kita tampilkan di sana agar segera dapat partner untuk bekerjasama. Mereka mungkin akan dapat investor untuk kembangkan usahanya. Mereka juga bisa dapat pasar global karena yang tampil di Hannover Messe 2021 luar biasa," ujarnya dalam Forum Merdeka Barat (FMB), Senin (5/4/2021).
Indonesia sendiri disebutnya jadi negara Asean pertama yang bisa gabung di Hannover Messe 2021. Pada kesempatan ini, total ada 63 perusahaan rintisan dunia yang ikut serta, dimana 23 di antaranya berasal dari Indonesia.
Selain startup, festival teknologi di Tanah Jerman ini juga jadi wadah bagi 156 peserta yang terdiri dari sejumlah perusahaan BUMN, perusahaan swasta, asosiasi, kementerian/lembaga, dan pengelola kawasan industri.
Lebih lanjut, Eko menyatakan, Hannover Messe 2021 merupakan pameran teknologi industri terbesar di dunia dalam 72 tahun terakhir.
"Dalam 2 tahun yang lalu, 65 ribu peserta dikunjungi 225 ribu orang per tahun. Kemudian yang hadir di sana juga para investor-investor level C, dan itu diliput oleh banyak jurnalis dunia. Jadi itu luar biasa," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dukung Digitalisasi Keuangan, OJK Dorong Pendirian Startup
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, OJK mendorong pembentukan startup sejalan dengan penerapan digitalisasi di sektor keuangan.
Menurut Wimboh, pertumbuhan startup ini dapat mendukung ekosistem digital, tentunya harus tetap berada di koridor yang telah ditetapkan regulator.
"Kita punya action plan hingga 2024, beberapa quick win diantaranya ialah mendorong adanya startup baik itu P2P lending, maupun payment di bawah Bank Indonesia, maupun startup e-commerce," ujar Wimboh dalam pembukaan FEKDI dan peluncuran P2DD, Senin (5/4/2021).
Lanjut Wimboh, untuk mendukung pembentukan startup, OJK juga mengeluarkan regulasi terkait serta membentuk asosiasi yang bertindak sebagai SRO (Self Regulatory Organization).
Wimboh mengatakan, dalam mengembangkan keuangan digital, setidaknya beberapa infrastruktur dasar harus dipenuhi. Misalnya dari sisi edukasi dan literasi konsumen, pengumpulan data, regulasi hingga ekosistem yang memadai.
"Kita sadar bagaimana develop big data, integrated data. Bagaimana regulasi ini saling mendukung. Lalu program digital product dikembangkan, digital ecosystem juga," kata Wimboh.
Dengan adanya infrastruktur yang lengkap, maka keuangan digital akan berkembang sesuai dengan prinsip stable, contributive, inclusive dan sustainability. "Dengan adanya kolaborasi tentunya," tutur Wimboh.
Advertisement