Kian Menggeliat, Saham Syariah Mendominasi di Bursa pada 2020

Kapitalisasi pasar modal syariah mencapai Rp 3.557 triliun dengan pangsa pasar sebesar 47,78 persen per 19 Maret 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Apr 2021, 23:05 WIB
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, industri pasar modal Syariah Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini tercermin dari jumlah saham syariah terus meningkat dari 331 pada 2015 menjadi 449 saham syariah per 26 Maret 2021.

"Untuk tahun 2020 itu adalah 441 saham atau 61,8 persen dari total saham yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI),” papar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam webinar Pasar Modal Syariah, Sarana Investasi Amanah - Sharia Fair 2021, Selasa (6/4/2021).

Adapun kapitalisasi pasar modal syariah mencapai Rp 3.557 triliun dengan pangsa pasar sebesar 47,78 persen per 19 Maret 2021. Kemudian jumlah investor saham syariah naik 1,65 persen menjadi 85.891 investor per Desember 2020.

"Artinya ini 5,5 persen dari total investor saham,” ia menambahkan.

Pada Februari 2021 telah dilakukan penggabungan tiga bank syariah milik negara menjadi PT Bank Syariah Indonesia yang juga merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan penggabungan tersebut, BSI menjadi bank terbesar ketujuh secara nasional dan Bank Syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar ke-10 di dunia. 

Wimboh menilai hal ini menjadi momentum bagi industri keuangan syariah untuk berkembang dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia yang besar 

“Ke depan kami berharap penggunaan instrumen pasar modal syariah dapat terus ditingkatkan sebagai sumber pendanaan industri halal dan ekosistem keuangan syariah halal value chain yang terintegrasi,” tutur dia.


Alternatif Kebutuhan Pendanaan

Pekerja melintas di bawah layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, pasar modal syariah juga diharapkan terus memberikan alternatif kebutuhan pendanaan secara syariah melalui penerbitan security crowdfunding Syariah.

Dalam rangka pengembangan keuangan syariah Nasional, OJK telah memiliki arah kebijakan ke depan yang tercantum pada master plan sektor jasa keuangan Indonesia tahun 2021-2025 yang berfokus pada tiga aspek kunci. Pertama penguatan lembaga keuangan syariah.

"OJK akan mendorong penguatan lembaga jasa keuangan syariah dengan mengedepankan keunggulan dan diferensiasi produk serta penguatan permodalan, SDM dan TI yang mutakhir,” ujar Wimboh.

Kedua, penciptaan permintaan keuangan syariah yang berkelanjutan. Antara lain dengan meningkatkan literasi keuangan syariah melalui program inklusi keuangan syariah guna memperluas basis nasabah dan membangun pemahaman masyarakat mengenai produk-produk keuangan syariah.

Ketiga, terbentuknya ekosistem keuangan syariah yang terintegrasi dengan industri halal. Antara lain melalui sinergitas antar lembaga keuangan syariah, serta dukungan infrastruktur dan pembiayaan syariah hulu ke hilir.

“Untuk mengakselerasi serasi perkembangan industri perkembangan perbankan dan pasar modal Syariah kami juga telah meluncurkan roadmap perbankan syariah 2020-2025 dan roadmap pasar modal syariah Syariah 2020-2024,” pungkas Wimboh.


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya