Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengkritik usulan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang meminta setiap acara yang berlangsung di Kementerian Agama diisi oleh doa dari semua agama yang ada di Indonesia.
Menurut dia, doa dalam sebuah acara bergantung pada konteksnya. Misalnya, jika berada di daerah yang mayoritasnya agama Hindu, maka doa itu bisa dipimpin umat agama Hindu.
Advertisement
Jika misalnya di NTT mayoritasnya Katolik atau Kristen akan berlaku sama. Maka itu, agama lain dipersilakan menyesuaikan diri dan berdoa sesuai ajaran agama masing-masing.
"Seperti itulah kita menegakkan dan menghormati demokrasi dan toleransi. Jadi, pelaksanaan dan implementasi kata toleransi itu tidak harus seperti yang dikatakan menteri agama tersebut," kata Anwar dalam keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021).
Dia pun meminta jangan sampai mencampuradukkan semua agama menjadi satu.
"Persatuan dan kesatuan itu tidak harus diwujudkan dengan menampilkan ajaran-ajaran agama yang ada. Dan persatuan serta kesatuan kita tidak akan terusik oleh adanya perbedaan di antara kita. Karena kita sebagai bangsa sudah punya sikap dan pandangan yang kuat, yaitu Bhinneka Tunggal Ika," tutur Anwar.
Dia juga mengingatkan, dalam Pancasila dan UUD 1945, agama apa pun diminta untuk menjadi orang baik sesuai ajarannya masing-masing.
"Begitulah seharusnya kita hidup beragama dan ber-Pancasila di negeri yang hukum dasarnya adalah UUD 1945," kata Anwar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Usulan Menteri Agama
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta setiap acara yang berlangsung di Kementerian Agama turut memberikan kesempatan kepada agama lain dalam mengisi doa dan tidak hanya doa untuk agama Islam saja.
Pernyataan itu disampaikan Yaqut saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama secara daring dan luring yang berlangsung mulai Senin (5/4/2021) hingga Rabu lusa.
"Pagi hari ini saya senang Rakernas dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Ini memberikan pencerahan sekaligus penyegaran untuk kita semua. Tapi akan lebih indah kalau doanya diberikan kesempatan semua agama untuk memberikan doa," kata Yaqut, Senin (6/4/2021).
Menurut Yaqut, pernyataan itu sebagai otokritik terhadap lembaga yang dipimpinnya. Sebab, dalam setiap kesempatan acara di Kemenag hanya menyertakan doa untuk agama Islam saja.
Ia ingin agar Kemenag menjadi rumah bagi seluruh agama yang ada di Indonesia, melayani dan memberikan kesempatan yang sama. Bahkan, ia menyebut pembacaan doa untuk agama tertentu saja, tak ubahnya seperti acara organisasi kemasyarakatan.
Advertisement