Survei SMRC: 54 Persen Umat Islam Tak Percaya Dibungkam Pemerintah

Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad mengatakan, sebanyak 54 persen responden umat Islam mengaku tak percaya narasi bahwa mereka dibungkam oleh pemerintah.

oleh Yopi Makdori diperbarui 06 Apr 2021, 19:15 WIB
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin salat jumat di Masjid Baiturahim Kompleks Istana. (Lizsa Egeham/Liputan6.com)a

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil penelitiannya yang dilakukan 28 Februari 2021 sampai 8 Maret 2021, yang salah satunya memuat respon masyarakat, khususnya umat Islam yang merespon kebijakan pemerintah.

Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad mengatakan, sebanyak 54 persen responden umat Islam mengaku tak percaya narasi bahwa mereka dibungkam oleh pemerintah.

"Yang tidak percaya dan sangat tidak percaya itu 54 persen, itu mayoritas," kata Saidiman salam konferensi pers secara daring, Selasa (6/4/2021).

Sedangkan yang sangat percaya bahwa pemerintah membungkam umat Islam ada 3 persen, dan yang percaya ada 29 persen. Tidak Tahu atau tak menjawab ada 14 persen.

Sementara, temuan SMRC lainnya, menyebut sebanyak 60 persen tidak percaya atau sangat tidak percaya pemerintah melakukan kriminalisasi ulama.

Sedangkan percaya ada 24 persen dan sangat percaya 3 persen. Sedangkan yang memilih tidak tahu atau tak menjawab ada 13 persen.

Adapun survei ini mengambil 1.220 responden yang dipilih secara random. Namun, yang berhasil diwawancari hanya 1.064 respoden. Adapun Margin of error kurang lebih 3,07 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Sedangkan jumlah sampel yang beragama Islam, ada 88,8 persen dari total responden.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pemerintah Punya Pekerjaan Besar

Meski mayoritas masih percaya pemerintah, Saidiman menilai bahwa pemerintah punya pekerjaan besar untuk lebih meyakinkan masyarakat.

"Nampaknya pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk meyakinkan umat Islam bahwa tuduhan kriminalisasi ulama dan pembungkaman terhadap umat Islam tidaklah benar," kata dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya