Liputan6.com, Jakarta Survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebutkan warga yang mendukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cenderung menolak keputusan pemerintah untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Ini menunjukkan yang tidak setuju dengan langkah pemerintah membubarkan HTI tahun lalu dapat diidentifikasi berdasarkan cluster tertentu," ujar Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad dalam konferensi pers daring pada Selasa (6/4/2021).
Advertisement
Dilihat dari sisi partai yang didukung, kecenderungan terkuat untuk menolak pembubaran HTI datang dari warga yang memilih PKS (47 persen) dibanding pada pemilih partai lainnya.
Selain itu, terdapat pula perbedaan dalam hal penilaian mengenai pembubaran HTI atas dasar kepuasan terhadap kinerja presiden. Sekitar 86 persen warga yang puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi, lanjut Saidiman menyatakan mendukung pembubaran HTI. Sementara, yang tidak setuju hanya 8 persen.
"Di sisi lain hanya 61 persen warga yang tidak puas dengan kinerja presiden menyatakan setuju dengan pembubaran HTI. Sementara, yang tidak setuju 27 persen," jelas Manajer Program SMRC ini.
Survei SMRC ini menunjukkan bahwa secara nasional, dari keseluruhan warga yang tahu HTI telah dibubarkan, sekitar 79 persen menyatakan setuju dengan pembubaran HTI. Sementara, yang tidak setuju 13 persen.
Saidiman menjelaskan survei dilakukan pada 28 Februari - 8 Maret 2021. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Responden yang Diwawancarai 87 Persen
Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1.220 responden. Response rate atau responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1.064 atau 87 persen.
"Sebanyak 1.064 responden ini yang dianalisis. Margin of error rata-rata dari survei dengan ukuran sampel tersebut sebesar kurang lebih 3.07 persen pada tingkat kepercayaan, 95 persen dengan asumsi simple random sampling. Yang tak bisa diwawancarai sebagian besar mereka tidak ada di tempat, di luar rumah atau luar kota," jelasnya.
Lanjutnya, responden terpilih kemudia diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara acak sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).
"Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti," pungkasnya.
Advertisement