Data Tenaga Kerja AS Kuat, Wall Street Malah Merosot

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones turun 96,95 poin atau 0,3 persen menjadi 33.430,24.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Apr 2021, 05:54 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot dari rekor tertinggi pada perdagangan saham Selasa, 6 April 2021. Wall street yang cetak rekor pada Senin, 5 April 2021 karena tanda-tanda pemulihan ekonomi yang kuat akhirnya berhenti.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones turun 96,95 poin atau 0,3 persen menjadi 33.430,24. Indeks saham S&P 500 susut 0,1 persen menjadi 4.073,94 tertekan oleh sektor saham teknologi dan perawatan kesehatan. Indeks saham Nasdaq melemah 0,1 persen ke posisi 13.698,38.

Saham maskapai dan pelayaran melanjutkan kenaikan. Saham Delta Air Lines naik 2,8 persen, sedangkan  saham Carnival and Royall Caribbean naik lebih dari satu persen. Saham Norwegian Cruise Line melonjak 4,6 persen.

Wall street berada di bawah tekanan bahkan setelah banyak berita kuat mengenai data tenaga kerja. Departeman Tenaga Kerja AS menyatakan, lowongan pekerjaan AS bertambah 268 ribu ke level tertinggi dalam dua 2 tahun yang mencapai 7,4 juta pada Februari 2021.

Hal itu berdasarkan data Job Openings and Labor Turnover Survey. Ekonom yang disurvei Dow Jones mengharapkan 7 juta.

Sebelumnya saham reli ke rekor tertinggi pada Senin, 5 April 2021 setelah lonjakan laporan data tenaga kerja dan  aktivitas industri jasa menunjukkan pemulihan ekonomi mendapatkan momentum di tengah peluncuran vaksin yang dipercepat.

"Pasar saat ini juga masih mencerna “trifecta” dari laporan awan bulan yang kuat. Akan tetapi dibalik semua kabar baik ini, dengan indeks saham S&P 500 sudah naik 8,5 persen secara year to date (ytd), hari ini adalah waktu bagi pasar untuk berkonsolidasi saat mereka menunggu gelombang berikutnya, musim pendapatan kuartal I 2021,” ujar Direktur Pelaksana Goldman Sachs, Chris Hussey, dilansir dari CNBC, Rabu (7/4/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Imbal Hasil Obligasi AS Turun

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Bank-bank besar termasuk JP Morgan dan Goldman Sachs mulai rilis laporan keuangan pekan depan. Berdasarkan Refinitiv, laba kuartal I 2021 diharapkan naik 24,2 persen YoY, dibandingkan pertumbuhan kuartal IV sebesar 3,8 persen.

Imbal hasil obligasi turun dari posisi tertingginya baru-baru ini, mengurangi kekhawatiran akan kenaikan inflasi. Imbal hasil obligasi AS turun 7 basis poin menjadi 1,65 persen pada Selasa, 6 April 2021.

Pada Selasa pekan ini, Gubernur California Gavin Newsom mengatakan, negara bagian akan membuka kembali ekonomi pada 15 Juni 2021 asalkan vaksin COVID-19 dan kasus rawat inap tetap stabil.

“Vaksinasi COVID-19 diluncurkan, dan upaya stimulus bersejarah dari Kongres semuanya telah membuka jalan bagi momentum pasar yang positif terus berlanjut,” ujar Direktur Perdagangan dan Investasi di E-Trade Financial Chris Larkin.

Di sisi lain investor terus menilai prosposal infrastruktur senilai USD 2 triliun dari Presiden AS Joe Biden yang diumumkan pekan lalu dan peluangnya untuk menjadi kenyataan.

Sementara politikus dua partai di AS mendukung pendanaan untuk membangun kembali jalan dan jembatan di AS. Akan tetapi, ketidaksepakatan mengenai ukuran akhir tagihan dan bagaimana membayarnya tetap ada, termasuk rencana Presiden AS Joe Biden untuk menaikkan pajak perusahaan menjadi 28 persen.

Pada awal pekan ini, Biden mengatakan tidak khawatir kalau kenaikan pajak perusahaan akan merugikan ekonomi. Senator Partai Demokrat Joe Manchin dari West Virginia dilaporkan menentang kenaikan pajak yang diusulkan ke tingkat tinggi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya