Tips Hindari Hoaks Tentang Penelitian Kesehatan

Berikut lima hal yang harus dicari tahu saat membaca berita tentang penelitian baru

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Apr 2021, 12:00 WIB
ilustrasi Cek Fakta

Liputan6.com, Jakarta- Kita semua selalu berusaha tetap sehat dan banyak yang tertarik membaca temuan-temuan penelitian baru untuk merubah pola hidup yang lebih baik.

Tapi tidak semua penelitian setara dan tidak semua temuan riset dapat diterjemahkan dengan cara sama. Judul berita juga tidak selalu mencerminkan isi penelitian.

Jadi bagaimana cara untuk memastikan? Dilansir dari theconversation.com, berikut lima hal yang harus dicari tahu saat membaca berita tentang penelitian baru.

1. Adakah penelaahan sejawat atas penelitian itu?

Penelaahan sejawat adalah sebuah proses ketika penelitian diperiksa oleh ahli-ahli bidang ilmu terkait untuk menguji kesahihan ilmiah suatu penelitian.

Dalam proses ini, peneliti menuliskan metode dan hasil penelitian dan mengirim ke sebuah jurnal. Tulisan ini dikirim ke dua atau tiga ahli untuk penelaahan sejawat.

Jika ada kesalahan besar dalam penelitian itu, maka akan ditolak untuk penerbitannya atau peneliti diberitahu untuk memperbaiki kesalahan.

Proses ini tidak sempurna, tapi proses ini memeriksa sebuah penelitian.

Laporan temuan yang belum melewati penelaahan sejawat harus dibaca dengan hati-hati.

 

2. Apakah penelitian dilakukan pada manusia?

Temuan dari penelitian yang dilakukan pada hewan seperti tikus atau pada sel di laboratorium (disebut juga penelitian in vitro) berada dalam tahap awal proses penemuan ilmiah.

Walau hasilnya mengejutkan, tapi temuan semacam ini tidak bisa digunakan untuk membuat klaim tentang kesehatan manusia. Tidak ada jaminan bahwa temuan pada hewan atau sel juga akan muncul pada manusia.

 

3. Apalah temuan menunjukkan hubungan sebab-akibat?

Agar penelitian bisa digunakan dalam kesehatan kita sehari-hari, temuan yang ada harus menunjukkan hubungan sebab-akibat, tidak semata keterkaitan.

Jika suatu penelitian menunjukkan hubungan antara minum kopi dan penyakit jantung, kita harus memastikan apakah kopi menyebabkan penyakit jantung atau dua hal ini terjadi bersama-sama.

Di dalam sejumlah penelitian yang menemukan hubungan ini, peneliti kemudian menemukan bahwa peminum kopi cenderung merokok, sehingga temuan ini lebih besar kemungkinannya mencerminkan hubungan sebab-akibat antara merokok dan penyakit jantung.

Dalam penelitian observasional, yaitu peneliti mengamati perbedaan antara kelompok orang, kadang sulit untuk memastikan hubungan antara variabel-variabel.

Tingkat pembuktian paling tinggi terkait sebab-akibat dihasilkan oleh percobaan double-blind placebo randomised controlled (RCT). Penelitian percobaan macam ini mengelompokkan orang dan secara acak memberikan suatu perlakuan atau placebo (obat atau perlakuan kosong); penelitian semacam ini adalah cara terbaik untuk menemukan apakah suatu hal menyebabkan penyakit. Namun, cara ini juga tidak sempurna.

Walau jenis-jenis penelitian lain pada manusia memainkan peran penting dalam pemahaman kita terhadap kesehatan dan penyakit, penelitian tersebut bisa saja hanya menekankan keterkaitan yang tidak menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.

 

 

 

 

 

Simak Video Berikut


Berikutnya

 

 4. Seberapa besar efeknya?

Adanya hubungan antara sebuah sebab (seperti gelas kopi ketiga atau tidur malam sembilan jam) dan akibat tidaklah cukup, harus diketahui pula seberapa kuat hubungan ini. Dengan kata lain, seberapa besar risiko kita terhadap suatu penyakit jika melakukan sesuatu.

Jika risiko kita dilaporkan meningkat 50% (yaitu risiko relatif), kedengarannya cukup menakutkan. Namun, jika risiko mula-mulanya rendah, maka 50% bukanlah peningkatan besar. Risiko penyakit yang meningkat 50% bisa jadi berupa peningkatan risiko dari 0,1% menjadi 0,15%; jelas bukan peningkatan yang dramatis.

 

5. Apakah temuan itu dipastikan oleh penelitian lain?

Satu penelitian saja, bahkan bila dilakukan dengan sangat baik melibatkan RCT, tidak bisa dijadikan bukti kuat adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit.

Manusia itu rumit dan ada banyak sekali variabel dalam penelitian, kita tidak bisa mengatakan kita memahami apa yang sebenarnya terjadi sampai temuan yang sama muncul pada banyak kelompok orang berbeda, melalui banyak pendekatan berbeda pula.

Sampai ada banyak bukti yang serupa, kita harus berhati-hati menerjemahkan apa arti temuan dari satu penelitian.

Bagaimana jika pertanyaan di atas tak terjawab?

Jika berita yang kita baca tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita harus mempertimbangkan sumber berita lain atau mencari penelitian aslinya. Idealnya, tautan untuk penelitian ini harusnya ada di berita, atau bisa juga dicari di PubMed dengan menggunakan beberapa kata kunci.

Abstrak tulisan penelitian itu di jurnal akan menjelaskan jenis penelitian, apakah dilakukan pada manusia, dan ukuran efek. Jika tidak terhalang paywall, kita bisa membaca keseluruhan tulisan tersebut dan menjawab pertanyaan kita terhadap penelitian itu.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam  cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya