HEADLINE: Cakupan Vaksinasi COVID-19 Lansia Masih Rendah, Solusinya?

Vaksinasi COVID-19 tahap dua, yang juga menyasar lansia, berjalan lambat. Sudah satu bulan lebih berjalan tapi baru satu persen orang di atas 60 tahun dari target yang mendapat suntikan vaksin COVID-19 di Indonesia.

oleh Dyah Puspita WisnuwardaniBenedikta DesideriaGiovani Dio PrasastiAndina LibriantyAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Apr 2021, 13:37 WIB
Petugas menyuntik vaksin Covid-19 kepada lansia saat kegiatan Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19, Jakarta, Senin (15/3/2021). Sentra Vaksinasi Bersama COVID-19 bagi lansia untuk mendorong percepatan program vaksinasi nasional demi mencapai target satu juta vaksin per bulan. (Liputan6.com/Faizal Fanan

Liputan6.com, Jakarta - Tris (71) senang dan lega akhirnya bisa mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dosis lengkap pada Selasa, 6 April 2021 di sebuah puskesmas di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berbeda kisah dengan Pram (78) lansia yang tinggal di Kabupaten Sleman, DIY yang sebenarnya antusias divaksin tapi belum juga mendapatkan panggilan untuk vaksinasi COVID-19 sementara teman-teman lansia lain sudah.

"Sudah tanya ke Dinkes, tapi katanya tunggu SMS blast dulu. Kalau belum dapat tahap ini, berarti tahap berikutnya," kata Ami, putri dari Pram.

Tris merasa beruntung, berbekal informasi dari Pak RT lewat grup WhatsApp kompleks perumahan, ia bisa dengan mudah mendaftarkan diri mengikuti vaksinasi COVID-19 meski tidak ber-KTP Jawa Barat. "Cuma daftar aja ke Pak RT untuk didata, besok divaksin," katanya.

Bila data Tris sudah masuk, berarti pensiunan guru ini termasuk dari 2,03 persen lansia yang sudah divaksin di Indonesia. Menilik data Kementerian Kesehatan RI per 7 April 2021 pukul 15.00 WIB, baru 437.295 lansia yang sudah divaksin dua dosis vaksin COVID-19 dari target 21.553.118 lansia. Sementara lansia yang sudah disuntik dosis pertama ada 1.843.633 (8,55 persen).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa cakupan vaksinasi COVID-19 bagi kelompok lansia memang belum mencapai target yang diharapkan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu mengakui bahwa vaksinasi lansia berjalan lambat.

"Proses percepatan vaksinasi pada lansia pada tahap kedua ini memang masih lambat," papar Maxi dalam Dialog Produktif Rabu Utama, Partisipasi Lansia, Tugas Bersama pada Rabu, 31 Maret 2021.

Beberapa provinsi dengan target vaksinasi COVID-19 lansia cukup besar seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan juga angka yang masih sedikit. Vaksinasi pun masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta Pusat misalnya, vaksinasi lansia sudah mencapai 80 persen. Lalu, Surakarta dan Surabaya sudah 50 persen dari target.

"Sementara itu, 400-an kabupaten/kota masih di bawah 25 persen," kata Maxi saat itu. 

Lansia menjadi target prioritas vaksinasi karena kasus kematian akibat COVID-19 di Indonesia pada usia di atas 60 tahun terbilang tinggi, seperti diakui Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Airlangga Hartarto. 

"Memang ini yang menjadi tantangan adalah yang tinggi adalah di sektor lansia. Di mana kasus kematian ini kebanyakan usianya di atas 60 tahun," kata Airlangga dalam Webinar Indonesia Bangkit, secara virtual, Rabu (7/4/2021). 

Pria yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini juga mengatakan, tingginya angka kematian pada lansia membuat pemerintah mengambil langkah dengan mempercepat penyuntikan vaksin pada lansia. Adapun hingga saat ini suntikan vaksin COVID-19 secara keseluruhan yang telah dilakukan di Indonesia mendekati lebih dari 13 juta orang.

"Ini yang sedang ditangani oleh pemerintah dengan percepatan ataupun prioritas imunisasi di umur lansia," imbuhnya.

Simak Juga Video Berikut Ini


Sederet Kendala yang Dialami Lansia

Infografis Vaksinasi Covid-19 Lansia di Indonesia Masih Rendah. (Liputan6.com/Trieyasni)

Ada beberapa kendala yang membuat pelaksanaan vaksinasi pada lansia menjadi lebih lambat dibandingkan pada target non-lansia.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan penyebab pertama adalah masih adanya rasa takut atau ragu pada lansia. Mereka takut terkait penularan virus Corona apabila harus keluar rumah.

"Lansia mungkin masih merasa takut karena sosialisasi atau informasi, yang sudah kita katakan bahwa saat ini lansia mendapatkan prioritas untuk mendapatkan vaksin, dan nanti di sentra vaksinasi protokol kesehatan akan tetap dijalankan. Ini masih membuat keraguan pada usia di atas 60 tahun."

"Karena kita tahu di awal bahwa kita meminta, karena risiko pada lansia, untuk mereka tetap berada di rumah, mengurangi aktivitas keluar rumah, dan tentu membatasi mobilitas," kata Nadia dalam dialog virtual yang disiarkan di kanal Youtube FMB9ID_IKP pada Selasa, 6 April 2021. 

Penyebab kedua adalah keterbatasan fisik yang dialami lansia. Hal ini mungkin membuat mereka menjadi lebih terkendala saat harus mendatangi sentra vaksinasi.

"Mungkin karena ada mereka yang keterbatasan fisik, kalau pergi harus ditemani anak atau keluarganya," kata Nadia. 

Tidak Ada yang Mengantar

Nadia menambahkan, jadwal vaksinasi pada lansia mungkin tidak tepat dengan jadwal kegiatan anak atau keluarganya. "Atau bisa saja lansia ini hidup sudah terpisah dari anak atau keluarganya."

Kendala lain yang mungkin dihadapi adalah terkait finansial. Menurut Nadia, ada beberapa lansia yang mungkin masih harus bekerja atau memiliki keterbatasan finansial.

Lalu, kendala yang biasanya juga terjadi ketika lansia harus mendaftar dengan cara online. Sebagian lansia merasa kesulitan dengan cara ini. 

"Yang terakhir adalah kita tahu untuk mendapatkan layanan vaksinasi kan harus mendaftar. Mungkin mereka belum paham untuk cara mendaftar. Apalagi pendaftarannya ini kita lakukan secara online," kata Nadia.

Nadia pun mengatakan bahwa Kemenkes akan berupaya untuk membantu lansia dalam mengakses pos atau sentra vaksinasi COVID-19.

"Ini harus dibantu."


Anggota Keluarga sampai Pak RT Harus Aktif

Untuk bisa mengajak para lansia divaksin COVID-19, Nadia mengungkapkan perlu bantuan dari banyak pihak. Mulai dari lurah, kepala desa, hingga RT dan RW, dapat digerakkan untuk melakukan pendataan lansia.

Hal tersebut juga dapat memudahkan pelaksanaan vaksinasi, agar lokasinya tidak terlalu jauh dari kediaman lansia, serta mencegah terjadinya kerumunan.

"Sehingga kalau ada, dibantu oleh lurah, RT, bahkan bisa dibantu oleh Karang Taruna untuk membantu pendataan tersebut. Kemudian nanti dilakukan penjadwalan untuk kemudian bisa dilakukan vaksinasi secara serentak," kata Nadia.

Senada dengan Nadia, Hindra Irawan Satari, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), mengatakan bahwa RT, RW, hingga puskesmas, juga bisa berperan mengajak lansia untuk divaksinasi.

"Sebetulnya masyarakat kalau diberikan penerangan yang sebenar-benarnya, itu patuh dan siap," kata Hindra. 

Dirga Sakti Rambe, dokter spesialis penyakit dalam yang juga seorang vaksinolog, mengatakan bahwa lingkungan terdekat lansia seperti anak atau keluarga, harus mendukung mereka untuk divaksin.

"Jangan sampai kita sebagai anak yang justru menjadi penghalang," kata Dirga dalam diskusi virtual pada Selasa (7/4/2021).

"Justru kita yang harus menyemangati, kita yang harus mengantarkan."

"Dulu waktu kita kecil kita yang dibawa ke puskesmas, ke posyandu untuk vaksinasi. Sekarang giliran kita yang mengantar orangtua kita, kakek nenek kita ke tempat-tempat vaksinasi," ia menambahkan.

Maka dari itu, Dirga mengatakan bahwa anak muda harus terlebih dulu mendapatkan informasi yang tepat mengenai vaksinasi COVID-19, sebelum disampaikan ke orang yang lebih tua kemudian.


Upaya Lain: Vaksinasi Drive Thru dan Gaet Komunitas

Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada lansia secara drive thru di RSUI, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/3/2021). Program Sentra Vaksinasi Indonesia Bangkit untuk lansia yang berdomisili di Depok dan sekitarnya ini digelar secara drive thru. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Salah satu alasan lansia takut divaksin karena harus berada di kerumunan. Solusi untuk masalah tersebut sudah ada dengan hadirnya vaksinasi drive thru. Para lansia tidak perlu keluar dari kendaraan untuk bisa divaksin.

Pos vaksinasi drive-thru adalah program kolaborasi antara Gojek, Halodoc, dan pemerintah. Dengan cara ini, orang-orang dapat divaksinasi dengan lebih praktis langsung di dalam kendaraannya.

CEO dan Co-Founder Halodoc, Jonathan Sudharta menjelaskan bahwa pos vaksinasi drive-thru di Bogor ini merupakan lokasi ketiga setelah dua pos lainnya di Jakarta dan Cengkareng.

Total, terdapat lebih dari 25.000 masyarakat yang telah terkonfirmasi untuk divaksin dengan 15.000 di antaranya telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama melalui fasilitas yang disediakan.

“Hal ini menjadi bukti komitmen berkelanjutan kami untuk selalu mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat program vaksinasi COVID-19,” kata Jonathan.

Selain itu, ada juga vaksinasi drive thru bagi lansia asal Depok, Jawa Barat yang diadakan di RS Universitas Indonesia (RSUI).  Kegiatan ini dibuka sejak 22 Maret hingga 21 Mei 2021 mendatang dengan sistem drive-thru dan walk-in.

Vaksinasi COVID-19 ini beroperasi setiap hari kerja, yakni Senin-Jumat pukul 08.00-16.00 di RSUI, Depok dengan kuota 500 orang per hari.

vaksinasi lansia disabilitas di Sentra Vaksinasi Serviam. dok: Sentra Vaksinasi Serviam

Kementerian Kesehatan juga mengajak komunitas turut serta dalam mempercepat vaksinasi COVID-19 pada lansia. Salah satu contohnya adalah Sentra Vaksinasi Serviam (SVS) di Jakarta Pusat. 

SVS dikelola keluarga besar alumni tiga sekolah yang dikelola Suster Ursulin Jakarta yakni Santa Ursula, Santa Theresia dan Santa Maria Jakarta. Sentra vaksinasi ini memvaksin lansia dan lansia disabilitas ber-KTP atau domisili DKI Jakarta. Vaksinasi di sini berlangsung tiga bulan yang akan berakhir hingga 10 Juni 2021 di Gedung Santa Ursula Jalan Lapangan Banteng Utara No 10 Jakarta Pusat.

"Sentra Vaksinasi Serviam merupakan sentra penyuntikan vaksin pertama yang diadakan oleh komunitas non-pemerintah yang paling lama digelarnya," kata Tim Humas SVS Fika Rosemary via telepon kepada Health-Liputan6.com.

"Kehadiran Sentra Vaksinasi Serviam merupakan jawaban kami kepada pemerintah membantu percepatan vaksinasi COVID-19 pada lansia. Dengan semakin banyak komunitas dan alumni yang turut serta maka semakin banyak yang divaksin," kata Fika lagi.

Vaksinasi COVID-19 di SVS dimulai dari 20 Maret 2021 hingga kini sudah melayani 3.000 lansia maupun lansia disabilitas.

Senada seperti disampaikan Nadia, Fika menyampaikan beberapa kendala menghimpun lansia di sekitar Sawah Besar Jakarta ini untuk divaksin. Seperti mobilitas yang terbatas, tidak ada yang mengantar, serta kekhawatiran pergi keluar rumah di masa pandemi.

"Lansia juga kurang mendapat informasi seputar apakah mereka termasuk kelompok yang aman divaksin. Beberapa yang punya penyakit bawaan, misalnya, ragu-ragu untuk divaksin, karena khawatir tidak lolos screening kesehatan," cerita Fika.

Paham betul ada kendala, untuk mengatasi kendala tersebut, SVS bekerja sama dengan Kecamatan Sawah Besar untuk mencari solusi. Salah satunya dengan jemput bola. 

"Jadi mereka melakukan antar jemput ke SVS. Tapi sepertinya program ini juga harus lebih dioptimalkan," kata Fika.

Mengenai pasokan vaksin COVID-19, selama kurang lebih SVS berjalan dua minggu tidak ada kendala dalam pasokan vaksin karena bekerja sama dengan Puskesmas Sawah Besar.


Bio Farma Tingkatkan Kapasitas Produksi Vaksin

Vaksin Corona Sinovac disimpan di Bio Farma untuk dilakukan pengujian kembali sebelum akhirnya Vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech Ltd memeroleh izin edar dan vaksinasi massal dilakukan. Vaksin Sinovac disimpan di cool room dengan suhu 2-8 derajat celcius (Foto: Muchlis Jr - Sekretariat Presiden)

Sementara itu, mengenai ketersediaan vaksin COVID-19 di Tanah Air, PT Bio Farma berupaya agar dapat terus membantu memenuhi kebutuhan program vaksinasi pemerintah. Salah satunya dengan melakukan usaha percepatan dan penambahan kapasitas produksi vaksin COVID-19 menggunakan fasilitas produksi gedung No 43 yang baru saja mendapatkan sertifikasi CPOB dari BPOM.

Sehingga mulai 30 Maret 2021, sudah bisa digunakan untuk produksi. Produksi sebelumnya hanya bisa dilakukan di fasilitas produksi Gedung no. 21.

Bambang menambahkan, pada April 2021 diperkirakan stok vaksin bisa bertambah menjadi 11,9 juta dosis, dari sebelumnya hanya 7,9 juta dosis. Namun peningkatan kapasitas produksi ini juga masih tergantung pada suplai bulk vaksin yang akan datang.

Bulk Sinovac yang akan datang sampai Juli 2021 sebanyak 140 juta dosis, yang pengirimannya dilakukan secara bertahap.

Bio Farma sampai saat ini sudah mendistribusikan 20,5 juta dosis vaksin Covid-19 ke seluruh Provinsi di Indonesia. Vaksin tersebut berasal dari vaksin produk jadi Sinovac (CoronaVac) dan AstraZeneca, serta vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma dengan bahan baku atau bulk dari Sinovac.

Total vaksin yang sudah diterima Indonesia sampai saat ini adalah 3 juta dosis vaksin produk jadi dari Sinovac, 1,11 juta dosis vaksin produk jadi AstraZeneca dari Covax/Gavi dan 53,5 juta dosis bulk dari Sinovac. 

PT Bio Farma juga menegaskan rencana kedatangan bahan baku (bulk) vaksin Sinovac ke Indonesia pada April 2021 sebanyak 30 juta dosis. Pengiriman dari Tiongkok tersebut akan dilakukan dalam tiga kali kedatangan, yang masing-masing dikirim 10 juta dosis. Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyebut, Indonesia akan menerima 10 juta dosis vaksin Sinovac pada April 2021.

"Mungkin data dari Bio Farma lebih update ya, bisa dipastikan dengan Bio Farma," kata Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com pada Minggu, 4 April 2021.

Terkait rencana kedatangan vaksin Sinovac, Juru Bicara PT Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan, sampai saat ini, belum ada perubahan jadwal pengiriman.

"Rencana kedatangan bulk (vaksin Sinovac) bulan April 2021 sekitar 30 juta dosis, antara 2-3 kali shipment (pengiriman)," tulis Bambang melalui pesan singkat pagi tadi.


Pakar: Perlu Perhitungan Cermat Mengenai Target Vaksinasi Lansia

Vaksinasi tahap dua yang menyasar salah satunya pada lansia berjalan lambat sudah bisa diduga seperti disampaikan epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko. 

Sebelum menjalani vaksinasi, lansia perlu menjalani screening kesehatan yang lebih ketat. Bila pada masyarakat non lansia hanya tekanan darah, pada lansia dicek juga gula darah. Bila kadar gula darah maupun tekanan darah di atas ambang batas, vaksinasi COVID-19 ditunda.

"Jadi, pasti akan lambat karena para orangtua ini ada komorbid, ada macam-macamlah kondisinya. Berbeda dengan tenaga kesehatan, apalagi yang muda-muda, pasti akan cepat," kata Miko lewat sambungan telepon dihubungi Health-Liputan6.com.

Menurutnya, untuk lansia vaksinasi COVID-19 tidak perlu dikejar mesti cepat-cepat. Dan, seharusnya perhitungan bahwa vaksinasi COVID-19 pada lansia bakal berjalan lambat itu sudah masuk perhitungan pemerintah. 

Guna mempercepat vaksinasi pada lansia, Miko mengatakan memang perlu kerja sama berbagai pihak seperti TNI hingga perusahaan swasta. Menteri Kesehatan, katanya, harus berkoordinasi dengan Satgas COVID-19 dan Komite Penanganan COVID-19 dan Percepatan Ekonomi Nasional dalam mempercepat vaksinasi guna menekan kasus Corona.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya