Antam Siapkan Belanja Modal Rp 2,8 Triliun, Buat Apa Saja?

SVP Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko menuturkan, dana belanja modal akan dialokasikan untuk pengembangan yang bersifat produktif.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Apr 2021, 14:37 WIB
Smelter PT Antam Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Dok Foto: Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)

Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau disebut Antam menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2,84 triliun pada 2021. 

SVP Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko menuturkan, dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan yang bersifat produktif, pengembangan usaha dan sejumlah proyek perseroan, salah satunya pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH).

"Yang terbesar adalah untuk usaha. Sebagaimana yang diketahui, saat ini Antam sedang dalam proses penyelesaian pabrik smelter feronikel di Halmahera Timur,” kata Kunto dalam video konferensi, Rabu (7/4/2021).

Selain itu, Antam juga memiliki kerja sama dengan PT Inalum dalam Proyek smelter grade alumina refinery (SGAR), serta proyek pengembangan lainnya yang saat ini sedang digodok oleh tim Antam untuk segera dikerjakan.

"Tahun ini kita masih akan berfokus pada penyelesaian smelter khususnya di pabrik feronikel di Halmahera Timur untuk bisa segera berkontribusi kepada perusahaan,” kata Kunto.

Saat ini, Kunto mengatakan proyek tersebut sedang dalam proses penyelesaian. Dengan kapasitas sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel, smelter ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas portofolio feronikel Antam akan menjadi sebesar 40.500 ton nikel dalam feronikel.

“Saat ini baru tercatat sebesar 27.000 ton nikel dalam feronikel. Sehingga jika ditambah kapasitas pabrik yang baru 13.500 akan berjumlah 40.500 ton nikel,” ujar dia.

Ia menambahkan, perkembangkan pabrik smelter itu sudah mencapai 98 persen. "Untuk pabrik smelter tersebut, progresnya sudah mencapai 98 persen untuk saat ini,” tegas dia.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Bagi Dividen 35 Persen dari Laba Bersih

Wujud emas batangan yang dijual di gerai PT Aneka Tambang TBK (Antam), Jakarta, Senin (24/6/2019). Harga emas Antam naik Rp 3.500 per gram menjadi Rp 702.500 ribu per gram dari sebelumnya Rp 699 ribu per gram. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau disebut Antam menyepakati pembagian dividen sebesar 35 persen dari laba bersih perseroan tahun buku 2020. Perseroan meraup laba bersih Rp 1,14 triliun pada 2020.

Dividen sebesar 35 persen atau Rp 402,27 miliar. Sisa laba bersih 65 persen atau Rp 747,08 miliar dicatat sebagai saldo laba.

SVP Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko menjelaskan, hal tersebut merujuk kebijakan pembagian dividen yang tercantum dalam prospektus IPO Antam pada 1997.Antam setidaknya membagi dividen minimal 30 persen.

"Dalam RUPS hari ini telah disetujui bahwa Antam akan melakukan pembagian deviden kepada pemegang saham sebesar 35 persen dari laba bersih tahun 2020,” ujar dia dalam video konferensi usai RUPST, Rabu, 7 April 2021.

Terkait dengan dividen ini, lanjut Kunto, Antam memiliki kebijakan untuk membagikan dividen tunai kepada seluruh pemegang saham setidaknya satu kali setahun, dengan tetap memperhatikan posisi keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan dan tanpa mengurangi hak dari rapat umum pemegang saham perusahaan.

Selain itu, RUPS juga menyepakati perombakan direksi dengan memberhentikan Aprilandi Hidayat Setia sebagai Direktur Niaga dan Hertono sebagai Direktur Operasi dan Produksi.

"RUPS memberhentikan dengan hormat dan juga menyampaikan ucapan terima kasih atas sumbangan tenaga dan pikiran yang diberikan oleh Bapak Aprilandi Hidayat Setia sebagai Direktur Niaga, dan kedua Bapak Hertono sebagai Direktur Operasi dan Produksi perseroan terhitung sejak ditutupnya RUPS hari ini,” beber Kunto.

Berikutnya, RUPS menyepakati perubahan nomenklatur pengurus perseroan yaitu jabatan pengurus Direktur Keuangan berubah menjadi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko.

Kedua, perubahan dari semula Direktur Operasi dan Produksi menjadi Direktur Operasi dan Transformasi bisnis. Serta menghilangkan nomenklatur Direktur Niaga dan Direktur Pengembangan.

Dengan demikian, berikut ini Susunan Pengurus Perseroan:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama: Agus Surya Bakti

Komisaris Independen: Gumilar Rusliwa Somantri 

Komisaris Independen: Anang Sri Kusuwardono 

Komisaris: Arif Baharudin

Komisaris: Dadan Kusdiana

Komisaris: Bambang Sunarwibowo

 

Direksi

Direktur Utama: Dana Amin

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko: Anton Herdianto

Direktur Sumber Daya Manusia: Luki Setiawan Suardi

Direktur Operasi dan Transformasi Bisnis: Risono

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya