Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari setahun pandemi Covid-19 berlangsung. Gaya hidup masyarakat mulai berubah. Perhatian terhadap kesehatan dan kebersihan meningkat drastis dibandingkan sebelumnya. Mau tak mau, para pebisnis juga mengadopsi pola tersebut, termasuk di sektor akomodasi.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, cukup gencar menyosialisasikan sertifikasi CHSE (cleanliness, hygiene, safety, and environmental sustainability), bahkan menggratiskannya bagi hotel dan restoran. Sertifikasi tersebut diharapkan bisa mengungkit daya saing hotel dan restoran di tengah menurunnya permintaan. Bagaimana faktanya di lapangan?
Baca Juga
Advertisement
Jawaban dari Dusun Bambu, salah satu destinasi ekowisata di Bandung Utara, bisa mewakili. "Belum berpengaruh signifikan karena belum semua tahu kalau Dusun Bambu sudah punya sertifikat. Kami sudah promosi, tapi hasilnya belum kelihatan," ujar Patar Aruan, General Manager Dusun Bambu, saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 5 April 2021.
Dusun Bambu ikut terimbas pandemi Covid-19. Objek wisata yang memadukan keindahan alam dan budaya Sunda itu harus ditutup selama sembilan bulan, terhitung sejak 19 Maret 2020 dan kembali buka pada 17 Desember 2020. Penutupan itu lantaran aturan pemerintah daerah demi menekan angka penyebaran Covid-19.
Selama periode itu, pengelola memanfaatkannya untuk menyelesaikan pembangunan beberapa wahana baru. Beradaptasi dengan situasi pandemi, tempat rekreasi itu mengusung konsep berbeda, yakni wisata sehat, dengan branding Private Sanctuary Lifestyle. Konsep tersebut untuk menegaskan bahwa Dusun Bambu telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Dengan konsep ini, Dusun Bambu diciptakan menjadi tempat wisata yang tidak terlalu ramai. Pengunjung diharapkan bisa merasa aman dan nyaman ketika berkunjung ke tempat ini," ujarnya.
Selain menerapkan 3 M, pengelola juga membatasi kapasitas kunjungan harian agar aturan jaga jarak aman bisa tetap dijalankan. Wahana yang diprediksi bisa menimbulkan keramaian, seperti Pasar Khatulistiwa, diganti dengan Galeri Flora Indonesia. Begitu pula dengan sederet aktivitas, seperti panahan, menembak, children playground, dan rabbit wonderland, tidak dioperasikan untuk mencegah terjadinya kerumunan.
"Area yang menimbulkan kemungkinan kerumunan pengunjung ini kita ganti dengan track yang bisa meningkatkan kebugaran pengunjung, seperti track sepeda," imbuh Patar.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Rangkaian Prokes di Dusun Bambu
Dusun Bambu juga memperbarui aturan kunjungan bagi pelanggan yang menginap. Mereka wajib menunjukkan hasil negatif tes antigen. Namu, pengunjung yang datang hanya untuk berwisata tidak harus menyertakan surat tersebut tetapi wajib mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
Patar menjelaskan, di area parkir juga diberlakukan aturan jaga jaraak antar mobil. Setelah turun dari kendaraan, pengunjung akan diukur suhu tubuhnya menggunakan kamera termal, lalu tamu diarahkan menuju Chamber Ozon. Para tamu juga diwajibkan untuk membeli tiket secara online. Saat masuk, mereka hanya perlu melakukan scan barcode.
Area-area yang digunakan bersama oleh para pengunjung juga secara berkala disemprot menggunakan cairan disinfektan. Terdapat wastafel dan hand sanitizer di beberapa titik untuk pengunjung.
Bagi karyawan dari Dusun Bambu juga diterapkan protokol kesehatan yang ketat. Secara berkala, para karyawan menjalani tes antigen. Saat bertugas, para karyawan juga wajib menggunakan face shield dan masker. Terdapat pula satgas Dusun Bambu yang bertugas untuk mengecek suhu tubuh para karyawan sebanyak 2--3 kali sehari.
Protokol yang ketat itu merupakan konsekuensi dari sertifikasi CHSE yang didapatkan. Tujuannya untuk menjaga kepercayaan sekaligus memberi jaminan kepada para tamu bahwa tempat tersebut aman dikunjungi.
"Untuk mendapatkan sertifikat CHSE ini kan juga tidak asal-asalan, perlu ada proses audit di lapangan sampai kita buat surat pernyataan bahwa menerapkan hal-hal yang dijadikan standar untuk mendapat sertifikat CHSE," kata Patar. (Dinda Rizky Amalia Siregar)
Advertisement