Liputan6.com, Jakarta - Dikenal sebagai raja mi instan asal Korea Selatan, pembuat Shin Ramyun, Shin Choon-ho, dilaporkan meninggal dunia pada 27 Maret 2021 lalu. Ia berpulang karena penyakit kronis yang telah diidap sejak lama.
Choon-ho meninggal di usia 91 tahun di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul, Korea. Semasa hidup, ia tercatat memimpin tim peneliti bereksperimen dengan berbagai resep, menguji lebih dari 20 jenis cabai sebelum menemukan mi instan pedas yang sekarang begitu ikonis.
Melansir laman Straits Times, Kamis (8/4/2021)), Shin Ramyun atau yang lebih sering disebut sebagai "ramyeon" ini merupakan Bahasa Korea untuk mi instan. "Saya tidak mencoba menjual mi menggunakan nama belakang saya," kata Choon-ho ketika merek tersebut diluncurkan pada pertengahan 1980-an. "Shin hanyalah cara singkat dan sederhana untuk mengatakan pedas."
Baca Juga
Advertisement
Produk unggulan perusahaan Nongshim itu diekspor ke lebih dari 100 negara di seluruh dunia dan menghasilkan sekitar 390 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp5,7 miliar, tahun lalu. Shin Ramyun yang juga menempati peringkat satu di Korea itu tidak diragukan lagi telah jadi "warisan terbesar" yang ditinggalkan Choon-ho.
Ia lahir pada Desember 1930 di kota pelabuhan tenggara Ulsan. Choon-ho merupakan putra tertua ketiga dari total sepuluh bersaudara. Ia memiliki empat saudara laki-laki dan lima saudara perempuan. Kakak tertuanya adalah Shin Kyuk-ho, mendiang pendiri ritel Lotte Group.
Choon-ho lulus dengan gelar sarjana hukum dari Universitas Dong-A di Busan tahun 1958. Setelah lulus, ia membantu saudaranya di bisnis kembang gula Lotte di Jepang dan mengembangkan minat besar pada mi instan, yang kala itu baru saja ditemukan dan populer.
Choon-ho akhirnya mendirikan perusahaannya sendiri pada 1965 dengan uang awal lima juta won untuk mengembangkan mi dan makanan ringan Korea yang berbeda dari varietas Jepang. Produk pertama perusahaan tersebut diluncurkan pada 1971.
Mareka adalah Saewookkang (kerupuk udang), tampaknya terinspirasi dari Kappa Ebisen (keripik udang) produksi perusahaan Jepang Calbee, tapi dibuat dengan beras, bukan gandum.
Saewookkang dikenal sebagai camilan lokal pertama di Korea Selatan dan tetap populer hingga sekarang, mencatat penjualan tahunan sekitar 70 miliar won atau sama dengan Rp907 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kata-Kata Terakhirnya
Konon awalnya Choon-ho menggagas nama "kkang" setelah mendengar putri bungsunya menyanyikan lagu rakyat populer Arirang, yang salah pengucapan jadi "ari-kkang." Tapi, hatinya memang tertambat pada mi instan.
Basis mi pedas Shin Ramyun akhirnya diluncurkan pada 1986 setelah eksperimen yang tak terhitung jumlahnya dan menggemparkan negara itu. Versi premium Shin Black pun diperkenalkan pada 2011 dan dipuji banyak pihak, termasuk New York Times, yang dikenal sebagai ramyeon terbaik di dunia.
Keberhasilan Nongshim, bagaimana pun, membuat keretakan antara Choon-ho dan kakak laki-lakinya semakin lebar. Kedua bersaudara itu dilaporkan saling menghindari dan tidak menghadiri upacara leluhur bersama. Choon-ho juga secara mencolok tidak hadir di pemakaman saudaranya, awal tahun lalu.
Berbeda dari sang kakak, Choon-ho sangat tertutup dan jarang tampil di depan umum. Kendati, ia dikenal berperan aktif dalam semua produk Nongshim dan baru pensiun pada Februari 2021 ketika kesehatannya semakin memburuk.
Putra tertuanya, Dong-won, diharapkan akan menggantikannya. Sedangkan, tiga anaknya bakal menjalankan perusahaan yang berafiliasi dengan Nongshim. Menurut wakil perusahaan Nongshim, kata-kata terakhir Choon-ho pada keluarganya adalah "saling mencintai."
Ini dipandang sebagai tanda bahwa ia berharap anak-anaknya akan memperbaiki keadaan dengan sepupu mereka yang sekarang menjalankan Lotte Group. Pada karyawannya ia menyuarakan harapan agar mereka terus "menumbuhkan Nongshim dengan kualitas terbaik dan dibangun dari kejujuran."
Pada upacara peringatan 30 Maret, wakil ketua dari perusahaan Nongshim, Park Joon, memberi penghormatan pada pria yang memimpin perusahaan selama 56 tahun dan mengubahnya jadi pembuat mi instan terbesar kelima di dunia itu.
"Pimpinan Shin selalu memilih jalan yang tidak akan dilalui orang lain, dan ia memperkenalkan produk inovatif yang akan mengubah sejarah," kata Park. "Jika ada yang saya pelajari di bawah bayang-bayangnya, itu adalah filosofi untuk berkontribusi pada masyarakat dengan membuat makanan lezat dan bermimpi jadi nomor satu dunia dengan ramyeon." (Melia Setiawati)
Advertisement