Liputan6.com, Brasilia - Brasil mengonfirmasi kasus pertama mutasi COVID-19 asal Afrika Selatan yang dilaporkan lebih cepat menularkan manusia. hal ini dianggap sebagai pertanda bahaya baru bagi Brasil yang sudah dilanda jumlah kematian harian terburuk di dunia.
Dikutip dari laman Globalnews, Kamis (8/4/2021), Para ilmuwan memperingatkan bahwa varian baru lainnya mungkin muncul di kota pedalaman Brasil Belo Horizonte. Universitas Federal Minas Gerais mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua sampel yang diambil di kota itu termasuk kumpulan 18 mutasi yang sebelumnya tak terlihat.
Advertisement
Termasuk beberapa gen yang sama, yang dimodifikasi oleh varian COVID-19 Afrika Selatan dan varian Brasil yang sudah lazim -- dikenal sebagai P.1. Deteksi varian tambahan menambah kekhawatiran bahwa gelombang COVID-19 yang brutal dapat menghantam Brasil terus menerus sehingga memecahkan rekor suram selama berminggu-minggu mendatang.
Pada Selasa 6 April , Kementerian Kesehatan melaporkan rekor satu hari sebanyak yaitu 4.195 kematian, diikuti oleh 3.829 kematian lainnya pada Rabu 7 April.
Sao Paulo, kota terbesar di Brasil, pada Rabu 7 April mengatakan akan mulai menyediakan sekitar 600 kuburan baru per hari. Kota ini juga mempersiapkan rencana untuk "pemakaman vertikal", ruang bawah tanah dengan 26.000 kuburan seperti laci yang dapat dibangun dalam 90 hari jika disetujui.
Saksikan Video Berikut Ini:
Prediksi Ahli
Negara terbesar Amerika Selatan itu kemungkinan menyusul Amerika Serikat menjadi lokasi paling mematikan di dunia, demikian kata pakar kesehatan.
Seorang wanita di negara bagian Sao Paulo kini dipastikan terinfeksi varian baru dari Afrika Selatan untuk pertama kalinya.
Dan diidentifikasi oleh lembaga biomedis Butantan sebagai kemungkinan kasus varian lokal baru. Analisis lebih lanjut menegaskannya sebagai kasus lokal pertama yang diketahui dari varian yang beredar luas di Afrika Selatan dan di tempat lain.
Para ilmuwan takut akan bentrokan antara varian Afrika Selatan dan varian P.1 Brasil, keduanya lebih menular dan mungkin lebih mematikan daripada versi asli virus corona.
"Ini bisa menjadi duel besar," kata Maria Carolina Sabbaga, salah satu koordinator Butantan yang mempelajari varian baru.
"Saya pikir P.1 sudah mengambil alih. Saya tidak yakin apakah Afrika Selatan akan menyalip P.1, mari kita lihat."
Advertisement